This is default featured post 1 title

Parapat is on the foreshore of Lake Toba and is where you catch the ferry across to Samosir Island in the middle of Lake Toba. In the 1920s Parapat became a holiday village, with many of the bungalows belonging to the European plantation owners in Medan and Berastagi. In 1948, Soekarno, Hatta and Agus Salim were imprisoned in 'Villa Marihat' in Parapat. This house is still open for public viewing.

This is default featured post 2 title

Daerah Tapanuli yang secara umum berada di sepanjang hamparan Danau Toba adalah suatu tempat yang eksotis dan sangat memikat untuk dijadikan sebagai salah satu pilihan daerah pelancongan atau daerah wisata.

This is default featured post 3 title

Satu lagi peninggalan Sultan Deli, yaitu Masjid Raya Al Mashun yang berjarak tak jau dari Istana Maimun (200m)

This is default featured post 4 title

Bukit Lawang adalah nama tempat wisata di Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara yang terletak 68 km sebelah barat laut Kota Binjai dan sekitar 80 km di sebelah barat laut kota Medan. Bukit Lawang termasuk dalam lingkup Taman Nasional Gunung Leuser yang merupakan daerah konservasi terhadap mawas orang utan.

This is default featured post 5 title

Pantai Cermin ternyata adalah sebuah nama kecamatan yang ada di kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) Sumatera Utara, Indonesia. Selain nama kecamatan, di sana juga banyak terdapat objek wisata pantai yang pengelolanya banyak banget dari yang namanya pantai gudang garam sampe theme park.

Senin, 31 Januari 2011

Medan hit by large flood, thousands forced to flee

Thousands of houses in parts of Medan, North Sumatra, were submerged by floodwaters of up to 2 meters deep Thursday after three rivers in the city overflowed their banks following heavy rain.

The Deli, Babura and Belawan rivers began to flood at 1 a.m. Thursday and by 1:30 p.m. there were no signs that of the water level subsiding.

There were no reports of fatalities, but infrastructure, including two embankments and one bridge, were destroyed.

The inundation paralyzed parts of the city, with severe traffic congestion along most of Jl. Brig. Jen. Katamso.

Police rerouted traffic to Jl. Sisingamangaraja to avoid the flood.

The congestion was made worse by large numbers of evacuees crowding the sidewalks in the hundreds. Most affected residents moved to higher ground.

Maimoon district head Said Reja said the flood displaced nearly 1,100 families in the district. The flood forced many to flee without their valuables.

Reja said the worst affected areas were Kampung Aur and Sei Mati.

He added that the evacuees were being housed in 18 shelters in six villages.

Some of the evacuees confirmed they could not save their belongings as the flood hit very quickly.

Hermina, a resident of Kampung Aur, said that when water from a nearby river started to enter her house, all the members of her family were sleep. She said she realized the water entered her house when she awoke at 3 a.m.

“I was shocked, the water was up to my knees. I immediately woke up my family and we ran,” she said, adding that she fled with her husband and two children.

However, other residents could not flee and were forced to take shelter in the upper floors of their houses.

In the Flamboyan and Nusa Indah residential neighborhoods, hundreds of people were stranded on their roofs for hours.

Evacuation and rescue efforts were stalled by a lack of equipment and poor coordination.

In Padang Bulan, a pregnant woman was forced to deliver her baby while stranded on her roof, as help was late in arriving.

K. Sinaga from the Medan Search and Rescue Agency blamed the difficulties in coordinating assistance for flood victims on the lack of equipment.

AirAsia announces inaugural flight from Hong Kong to Medan, Indonesia

Inaugural flight departs HKIA for Indonesia evening 16 January 2011

AirAsia, the world’s best low-cost airline proudly announces its first Indonesian destination from Hong Kong with the inaugural flight departing Hong Kong International Airport (HKG) for Polonia International Airport (MES) in Medan yesterday in the evening.

To date, AirAsia is the ONLY airline that begins offering the connection of this exclusive route from Hong Kong to Indonesia, bridging the gaps and demands in the two nations while at the same time connecting guests to other important cities in Indonesia, including Bandung and Surabaya.
FLIGHT SCHEDULE FOR HONG KONG (HKG) – MEDAN (MES)

Flights From


Departure/ Arrival


Flight No.


Frequency

Hong Kong - Medan


20:10 / 23:15


QZ7431


Mon, Wed, Fri, Sun

Medan – Hong Kong


14:30 / 19:35


QZ7430


Mon, Wed, Fri, Sun

Kathleen Tan, AirAsia’s Regional Head of Commercial said, “Our growing presence in Hong Kong since our conception in May 2008 signifies the commitment that AirAsia has for the Hong Kong and South China market. We are confident that this new route will stimulate more travel between these two destinations and enhance tourism activities. We are optimistic that our low fares and world class services will continue to induce more travel demand and contribute to the economies of both nations. Medan is a new hub to AirAsia which connects the world to other Indonesian destinations of Bandung and Surabaya, and through Hong Kong, Indonesians are able to hop onto other parts of Southern China. We are proud to see its high sustainability.”

“Amidst vast-changing travel habits, more travelers are opting for several destinations as part of their holiday plans especially where connectivity is widely available, instead of spending time in one particular destination. With that, AirAsia stands out as the perfect choice for such travelers, with our excellent flexibility coupled with affordable fares to guests in Hong Kong and around the Pearl River Delta region as we fly to Macau, Guangzhou and Shenzhen as well. Guests can travel from Hong Kong to Medan, and return via Kuala Lumpur; or guests can fly from Hong Kong to Bangkok, hop on to Medan and return to Hong Kong. I believe that this is a strategic move that will benefit both ends, and AirAsia is looking forward to serve the community of Hong Kong. Whilst for Hong Kongers visiting Medan, they will be enthralled by its unexploited beauty and energy. This would also further boost inter-domestic travel to Bandung and Surabaya from our Medan hub. Apart from that, guests may also leverage on AirAsia’s vast route network in South-East Asia and beyond as we fly to over 132 routes and over 70 hot destinations across Asia including India, Japan and Korea; Australia and Europe at ultra-low fares.” concluded Kathleen.

Minggu, 30 Januari 2011

Bella Saphira Tersangkut Kasus Korupsi?

Munculnya kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh Bupati Tomohon yang kini masih dalam proses persidangan di Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi), Jakarta Pusat, tak urung sempat menyeret Bella Saphira. Kabar berhembus bahwa mantan kekasih Adjie Massaid itu terlibat dalam tindakan korupsi tersebut.

Munculnya kasus dugaan korupsi yang dilakukan oleh Bupati Tomohon yang kini masih dalam proses persidangan di Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi), Jakarta Pusat, tak urung sempat menyeret Bella Saphira. Kabar berhembus bahwa mantan kekasih Adjie Massaid itu terlibat dalam tindakan korupsi tersebut.

"Masa sih? Oh ya, saya pernah ikut kampanye dia (Bupati Tomohon) dua kali. Memang itu betul tapi urusan kampanye. Jadi atas nama partai Golkar, beliau kan ketua di Tomohon. Jadi kalau diduga terlibat, saya enggak tahu," ujar Bella saat dijumpai di Honda CR-V Seminar dan Talk Show Gathering: Membuka Wawasan Untuk Memenangkan Persaingan Bisnis di 2011 di Hotel Nikko, Jakarta Pusat, Rabu (26/1) malam.

Menurut Bella, dirinya bertemu dengan Bupati Tomohon pada tanggal 1 April 2010 dan 1 Juli 2010 lalu, saat kampanye Partai Golkar di daerah tersebut.

"Yang pertama untuk DPD partai, Juli untuk kampanye pemenangan presiden SBY. Dan saya bersama artis lain seperti Ari lasso, Delon, Maia. Jadi kalau dikaitkan kasian banget. Secara dari honor Ari Lasso dan Maia lebih besar menerimanya," papar artis cantik bermata lebar tersebut.

Jadi, Bella berpendapat, jika dirinya terseret sebagai saksi, maka akan banyak pula artis lain yang juga bernasib sama. Lebih jauh, Bella menjelaskan bahwa kontrak antara dirinya dengan DPD Tomohon itu atas dasar berbagai pertimbangan.

"Kebetulan waktu itu saya dikontrak DPD Tomohon dengan berbagai pertimbangan, salah satunya karena beragama Nasrani. Juga dengan artis lain yang seagama. Jadi lucu kayaknya kalau dikait-kaitin, berapa banyak artis yang dipanggil. Kepada kita juga masing-masing sudah ada persetujuan dengan panitia kampanye pilkada," tutupnya

Pencipta Facebook Donasikan US$100 Juta Untuk Sekolah

Pencipta dan pimpinan eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg, dikabarkan akan mendonasikan US$100 juta pada sekolah-sekolah di Newark. Begitu diberitakan oleh New York Times.


Pencipta dan pimpinan eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg, dikabarkan akan mendonasikan US$100 juta pada sekolah-sekolah di Newark. Begitu diberitakan oleh New York Times.

Zuckerberg akan membuat sebuah pengumuman resmi tentang hal itu hari Jumat (24/09) besok dalam acara THE OPRAH WINFREY SHOW. Dalam acara itu, Zuckerberg juga akan ditemani Gubernur New Jersey, Chris Christie, dan Walikota Newark, Cory Booker.

"Nggak sabar menunggu datang di acara Oprah Jumat besok! Tontonlah dan Anda akan tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di Newark," tulis Walikota Booker dalam akun Twitter miliknya Rabu (22/09) kemarin.

Hadiah ini bakal menjadi langkah pertama Zuckerberg menjadi sponsor dalam sebuah dana untuk pendidikan. Lelaki asli California itu memang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan area Newark, namun Zuckerberg telah menemui Walikota Booker dalam konferensi yang dilakukan bulan Juli lalu. Dan mereka berdua terus membicarakan tentang kota tersebut.

Sampai saat ini, US$100 juta adalah sumbangan terbesar yang pernah diterima oleh pendidikan dengan sistem bermasalah di sana. Sekolah di Newark sebenarnya sudah diawasi oleh negara sejak 15 tahun yang lalu namun tetap saja menghasilkan nilai tes dan angka kelulusan yang rendah di New Jersey.

Sampai saat ini, juru bicara Facebook mengatakan jika belum ada sesuatu yang harus mereka umumkan.

Sabtu, 29 Januari 2011

TKI Tak Digaji, 2 Ribu Warga Langkat Terancam Pecat

11:02, 29/01/2011
Malaysia Memang tak Tahu Diri

EDAN-Klaim kepulauan Sumatera milik Malaysia di postingan warga Malaysia bernama Mohd Am, memantik rekasi keras dari warga Medan dan Sumatera Utara. Sejumlah warga Medan yang dimintai tanggapannya kemarin (27/1), umumnya sepakat menganggap kalim Malaysia itu tak mendasar dan benar-benar melecehkan Bangsa Indonesia.

Seorang mahasiswa bernama Andi dan warga kota bernama Yetno bahkan menanggapinya dengan emosional dan menyatakan kesediaannya berperang melawan Malaysia yang digambarkan sebagai bangsa yang pongah. “Mereka itu tida punya akar kebudayaan yang jelas mungkin, hingga senangnya mengklaim punya Indonesia. Memang benar-benar bangsa sinting,” kata Andi, kemarin. Komentar selengkapnya, lihat grafis.

Di sisi lain, sejumlah permasalahan yang melibatkan kepentingan Malaysia terjadi di sejumlah wilayah di Sumatera Utara. Seperti demo 2 ribuan karyawan PT Langkat Nusantara Kepong (LNK), yang merasa terancam di-PHK perusahaan asal Malaysia yang mengantongi izin kerja sama operasi (KSO) selama 25 tahun dari PTPN II.


Itu sebabnya, 2 ribu karyawan PT LNK itu menolak bergabung dengan perusahaan itu dan melakukan mogok kerja selama beberapa hari belakangan. Pasalnya, PT LNK disebut-sebut bakal memangkas karyawan PTPN II yang bekerja di Rayon Tengah.

Dari informasi diperoleh, pemangkasan jumlah karyawan tersebut berjumlah 2.000 orang dari 6.000 karyawan yang bekerja di perkebunan Rayon Tengah. Pengurangan jumlah tenaga kerja ini, disebut berlaku mulai Juni 2011.

Kadisnakertrans Langkat Erwin Ardianto yang ditemui di ruang kerjanya, tidak menampik rencana pengurangan tenaga kerja tersebut. Namun dirinya membantah, jika ribuan karyawan ini bakal di putus hubungan kerja (PHK). “Memang pada Juni mendatang, ada penyerah terimaan menejemen anatar PTPN II kepada PT LNK, sesuai KSO yang sudah disepakati. Namun bukan berarti karyawan yang sebelumnya bekerja di PTPN II bakal di berhentikan oleh PT LNK,”ujarnya.

Ditambahkan dia, memang saat ini, PTPN II sudah kelebihan karyawan sebanyak 2.000 orang. Sehingga 2.000 karyawan ini bakal dipensiunkan secara bertahap, sesuai usia mereka. “Pengurangan 2.000 karyawan ini bukan di PHK, tapi akan dikurangi bertahap selama lima tahun kedepan sesuai usia pensiun mereka, jadi selama mereka belum pensiun, tidak mungkin di PHK,”terang dia.

Terkait tenaga kerja dibawah naungan PT LNK, Erwin mengaku, pekerja LNK harus memenuhi upah minimum Kabupaten (UMK) sebesar Rp1,1 juta. “Jika tidak, tentunya akan ada sanksi yang dijatuhkan sesuai peraturan berlaku, tapi saat ini, belum ada karyawan di bawah PT LNK, makanya kita lihat Juni nanti, bernaung dimana karyawan ini,”tandasnya.

Kehadiran PT LNK itu ternyata belum memberikan kontribusi besar bagi pembangunan Langkat. Masyarakat di sekitar areal perkebunan, khususnya di kebun Gohor Lama, malah dibuat susah.

Keluhan itu muncul dari 13 Kepala Desa (Kades) dan 1 Lurah di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat. Mereka mendatangi kantor PT LNK di Gohor Lama untuk dapat duduk bersama menyikapi keluhan masyarakat.

“Sejauh ini tidak ada kontribusi PT LNK kepada masyarakat, malah lahan garapan warga yang mereka rebut. Padahal, sesuai peraturan, seharusnya hasil perkebunan juga diberikan kepada daerah tempatan sebesar 5 persen,” kata Bachtiar, Kasi Rantib Kecamatan Wampu saat beraudiensi ke kantor PT LNK baru-baru ini.

Lebih jauh dikatakan dia, saat ini PT LNK melakukan pengerukan parit disekeliling perkebunan yang mengakibatkan terputusnya sejumlah ruas jalan perkampungan dan mengganggu kehidupan warga di 14 Desa/Keluarahan.

Selain itu, banyaknya truk pengangkut tandan buah segar (TBS) dari perkebunan, membuat ruas jalan umum pedesaan rusak parah dan tidak ada perbaikan sedikitpun dari pihak PT LNK. “Ini jelas-jelas merugikan masyarakat kita,” ungkapnya.

“Kita berharap, PT LNK bersedia menjelaskan persoalan ini kepada masyarakat 14 wilayah secara langsung, agar mereka tahu niat baik perusahaan Malaysia itu,” pintanya.

Hal senada juga diungkapkan Kabag Humas Pemkab Langkat, Syahrizal, ketika dihubungi kemarin (28/1). Dikatakan dia, dari hasil kesepakatan (KSO) antara PTPN II-PT LNK, Pemkab Langkat hanya sebatas mengetahui saja KSO tersebut. Pemkab Langkat tidak mendapatkan kontribusi apapun kecuali Pajak Bumi Bangunan (PBB) dari pihak perkebunan.

Untuk itu, pihaknya berharap, perusahaan Malaysia itu mampu membantu pertumbuhan pembangunan di Kabupaten Langkat. Meskipun, pihak LNK pernah memberikan sejumlah bantuan pendidikan melalui program CSR. “Kita berharap, bantuan seperti ini terus ditingkatkan, tidak hanya sampai disitu,”harap dia.

Menejer PTPN II Gohor Lama Iwan T Poli kepada wartawan mengatakan, terkait keberadaan PT LNK, pihaknya sudah melakukan kepada pihak desa, meski belum dilakukan secara maksimal di seluruh wilayah perkebunan. “Kta sudah lakukan hal itu, tapi belum keseluruhan. Mungkin dengan adanya kunjungan perangkat desa ini, kita bisa kembali duduk bersama,”tandasnya.

Kerja 42 Alat Berat Dihentikan
Selain itu, 42 unit alat berat (excavator dan dhozer) yang di kontrak PT LNK di 3 kecamatan di Kabupaten Langkat, terpaksa di hentikan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Langkat, karena tidak memiliki izin HO (gangguan), kemarin (28/1).

Kepala Satpol PP Kabupaten Langkat, Edi Syahputra kepada wartawan kemarin mengatakan, penghentian alat berat itu di mulai sejak Selasa (25/1). 42 alat berat itu, tambah Edi, berada di wilayah perkebunan milik PTPN II- PT.LNK, seperti di Perkebunan Tanjung Keliling, Bekiun, dan Perkebunan Glugur Langkat, di Kecamatan Salapian.

Penghentian operasi alat berat serupa, juga kita lakukan di Perkebunan Air Tenang di Kecamatan Wampu dan Perkebunan Talang Kepang di Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat, tandas Edi.

2 Tahun Ditipu di Malaysia
TKI dan TKW yang ditipu setelah bekerja di Malaysia juga sering terjadi. Masria Boru Manullang (29), warga Desa Doulu, Kecamatan Berastagi, juga mengalami langsung perlakuan sangat tidak mengenakkan itu. Dua tahun bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di negeri jiran itu, Masria tak pernah digaji majikannya maupun agen asal Medan yang mempekerjakan dirinya.

Masria berangkat ke Pulau Penang, Malaysia, melalui Pelabuan Belawan. Di Penang, ia di bawah tanggung jawab agen TKI yang beralamat di Waraporn Salon Rambut, 797 MK 13 Sungai Nibong 11900.

Sejak saat itu, Masria mulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah salah satu warga di sana. “Hayalanku memperoleh uang sekitar 20-an juta rupiah lebih dari gaji 400 Ringgit Malaysia per bulan. Tapi majikan tidak membayar gajiku, karena katanya sudah berikan ke agen di Malaysia” ujar Masria kepada sejumlah wartawan, Jumat ( 28/1) di Berastagi.
Setelah dua tahun, Masria kembali ke Indonesia pada 20 Desember 2010, lalu. Tetapi upaya Masria mendapatkan haknya sebagai pekerja dengan jalan meminta gajinya selama 2 tahun kepada pemilik agen di Medan atas nama Su Eng dan agen di Berastagi atas nama Johan, tidak berhasil. Su Eng, malah mengatakan kalau gaji itu di Malaysia.

“Mereka sempat takut ketika kami membawa polisi. Berarti memang ada yang salah disana, tapi gitu kami minta tolong sama polisi disini mereka bilang ini masalah internasional, jadi nasib kami mau dibawa kemana lagi,” keluh Masria. Masria pun kini hanya berharap akan keterbukaan hati Johan dan Su Eng yang telah menjebaknya dalam lingkaran setan transaksi TKI Illegal ke Malaysia. Karena kata Masria, ada banyak lagi TKI yang bernasib sama dengannya akibat ulah dua orang ini

Sumatera Diklaim Milik Malaysia

Sumatera Diklaim Milik Malaysia
11:37, 28/01/2011
Gubri: Kita Harus Hati-hati

JAKARTA-Malaysia kembali mengklaim Pulau Sumatera sebagai miliknya. Negeri Jiran tersebut mengklaim berdasarkan latar belakang historis menurut sudut pandang mereka sendiri.

Postingan seorang warga asal Kuching Malaysia, bernama Mohd Am, Sejarah Johor modern bermula pada awal abad ke-16 setelah pembukaan sebuah negeri baru oleh Sultan Johor kepada Sultan Mahmud Shah, sultan terakhir kerajaan Melayu Melaka yang melarikan diri dari serangan Portugis.

Mohd Am memposting tulisan yang menyebutkan kalau Pulau Sumatera seharusnya milik Malaysia. Dalam postingannya disebutkan, berdasarkan sejarah zaman Belanda, pulau Indonesia itu seharusnya menjadi bagian dari negara Malaysia.

“Kerajaan Johor berjaya mengembangkan ekonominya dan menjadi kuasa politik terpenting sesuai dengan lokasinya di laluan perdagangan timur-barat. Di zaman kegemilangan Johor, negeri ini pernah menjadi sebuah empayar (kerajaan, red) besar yang mana kekuasaannya mewarisi sebahagian jajahan takluk Melaka. Empayar Johor termasuklah sampai ke Terengganu di semenanjung, kepulauan Riau-Lingga dan sebahagian pantai timur Sumatera,” tulis postingan tersebut.

Mohd Am kemudian membeberkan sejarah mengenai kerajaan Johor yang sekarang menjadi nama salah satu kota di Malaysia, sebagai kerajaan besar yang kekuasaanya mulai dari Sungai Muar, Singapura, hingga ke Kepulauan Riau, dan sebagian pantai timur Sumatera.

“Berdasarkan fakta historik ini adalah jelas bahwa Riau-Lingga dan sebahagian besar Sumatera itu adalah Jajahan Johor.. iaitu Malaysia sekarang…,” klaimnya.

Menilik dari sejarah itu pula, daerah sebagian Sumatera dan Kepulauan Riau seharusnya menjadi milik Malaysia. Namun pada saat perjanjian antara Inggris dan Belanda, dua negara yang pernah menjajah Indonesia dan Malaysia justru menghilangkan batasan kawasan tersebut.

“Jadi Sumatera itu harus balik kepada asalnya iaitu termasuk dalam Provinsi Johor Malaysia, tetapi penjanjian Inggeris-Belanda telah memecahkan kawasan jajahan Johor iaitu Riau-Lingga dan sebahagian besar Sumatera,” tutup postingan tersebut.

Namun hal itu dibantah keras oleh sejarawan Indonesia, Anhar Gonggong. “Bohong itu semua, justru Malaysia milik Indonesia,” kata Anhar seperti dilansir situs sebuah berita, Kamis (27/1).

Dikatakan Anhar, tak ada satupun klaim Malaysia yang bisa dibenarkan oleh Malaysia, termasuk Klaim pulau Sumatera. “Kalau berbicara bahwa kerajaan Johor menguasai Riau-Lingga dan Sumatera, justru itu terbalik, perlu diketahui Aceh itu menguasai Malaysia, Sultan Aceh itu menikahi salah satu putri kerajaan Johor,” kata Anhar.
Ditegaskannya, Malaysia hanya ingin melecehkan Indonesia dengan klaim-klaim mereka. “Tak ada yang benar itu, ini bisa jadi hanya pancingan agar masyarakat marah, tak perlu ditanggapi,” kata Anhar.

Negara Malaysia disebut sebagai negara sakit jiwa menyusul klaimnya terhadap sebagian Sumatera sebagai bagian dari negaranya. “Sudah sakit jiwa negara Malaysia itu, sepertinya semua warga negara Malaysia harus diperiksa kejiwaannya,” ujar aktivis Bendera Adian Napitupulu.

Menurut Adian, Malaysia adalah negara yang tidak mampu membesarkan dirinya sendiri sehingga untuk membesarkannya hanya mampu mengklaim dari seluruh kekayaan, kebudayaan dan keunikan milik negara-negara yang ada di dunia.

Adian kembali menjelaskan sudah saatnya pemerintah Indonesia khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono harus tegas melindungi dan mengangkat martabat. Jika memang SBY atau negara tidak mampu maka sebaiknya rakyat yang ada diperbatasan negeri Jiran itu harus melakukan perlawanan tanpa harus menunggu pemerintah.

Klaim sejarah Riau-Lingga dan sebagian besar Pulau Sumatera merupakan jajahan Kerajaan Johor tidak akan menggangu hubungan Indonesia dan Malaysia, atau memunculkan protes massif dari masyarakat.
“Enggak akan massif, kalau soal TKI atau TKW mungkin banyak protes. Tapi kalau soal yang tidak jelas dan argumennya ngawur begini tidak akan ditanggapi,” terang anggota Komisi I Bidang Pertahanan DPR Ramadhan Pohan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/1).

Menurutnya, klaim salah seorang warga negara Malaysia, Mohd Am tersebut tidak perlu direspon, jika tak memiliki basis data dan logika yang jelas.

Pasalnya, reaksi yang berlebihan dari masyarakat Indonesia hanya akan menjadi bahan tertawaan warga Malaysia. “Kalau reaksi kita berlebihan justru jadi bahan tertawaan orang Malaysia nanti. Mereka cukup rapi kok intelijen mereka untuk menunjukkan kita bodoh,” katanya.

Isu klaim kepemilikan atas sejumlah wilayah Pulau Sumatera yang ramai dibicarakan di forum diskusi di dunia maya hanyalah kerja segelintir orang yang ingin mengganggu keamanan di Tanah Air.

Hal itu disampaikan Gubernur Riau Rusli Zainal di sela-sela tatap muka bersama para pemimpin media massa olahraga nasional di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. “Kita harus hati-hati mencermatinya, merespons, atau menyikapi isu seperti ini, baik yang datang dari negara kita maupun yang datang dari Malaysia,” kata dia, kemarin.
Rusli juga meragukan jika klaim atas wilayah di Pulau Sumatera itu datang dari Pemerintah Malaysia. “Untuk itu kita mengedepankan sikap yang lebih dewasa, kemudian mengutamakan spirit kebersamaan sebagai satu rumpun yang sampai kiamat pun tetap bertetangga,” tandasnya.

Klaim-klaim atas kekayaan budaya dan juga pulau-pulau di Indonesia yang selama ini dilakukan oleh Malaysia diduga terkait dengan situasi politik di negara tersebut. Diduga isu pengklaiman tersebut justru dibesar-besarkan oleh politisi Malaysia khususnya dari etnis Melayu.

“Kalau klaim atas Sumatera didasarkan pada sejarah, tak perlu ditanggapi. Karena memang sejarah bukan untuk diperdebatkan, sejarah tidak bisa digunakan secara semena-mena,” kata Budiawan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM.

Tapi Budiawan beranggapan bahwa usaha klaim-klaiman tersebut memang memiliki tujuan tertentu, yakni tujuan internal dan tujuan eksternal.

Dijelaskannya, di Malaysia ada kelompok etnis Melayu ’Kultural’ yaitu kelompok orang yang dilahirkan di Malaysia sebelum kemerdekaan. Kelompok ini disebutkan di dalam aturan perundang-undangan Malaysia.
Kelompok ini termasuk dengan Melayu yang ada di Sumatera seperti Riau. “Ada semacam impian bagi kelompok Melayu kultural ini untuk membentuk sebuah hegemoni Melayu raya kultural, akibatnya mereka sering menampilkan isu-isu klaim budaya untuk menunjukkan ke hadapan etnis di luar Melayu yang ada di negaranya seperti Cina, dan India,” kata Budiawan.

Budiawan melihat, pola-pola pengklaiman tersebut sama dan akan terus terjadi di masa mendatang. “Saya melihat ada dua kemungkinan, pertama untuk kepentingan politik internal oleh elite politisi Melayu ‘kultural’ dan kemungkinan kedua adalah untuk mengejek Indonesia karena dianggap sebagai pusat budaya Melayu secara historis, tapi tak bisa berbuat apa-apa,” katanya.

Ditegaskan Budiawan, isu klaim terhadap budaya Indonesia tersebut memang sangat menjanjikan. “Jadi ada kemungkinan bila isu klaim tersebut sengaja ‘dijual’ untuk kepentingan elite, polanya sama,” kata Budiawan.
Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan juga menyikapi klaim dari warga Malaysia itu. “Kalau itu masalahnya tidak usah ditanggapi lah,” ujarnya kepada wartawan usai deklarasi Gerakan Rakyat Antimafia Hukum (Geram) di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, kemarin.

Kalau kita berbicara masa lalu, kata Anies, mau berapa lama menarik ke belakangnya. “Kita tarik 50 tahun, petanya sudah beda. Tarik lagi 100 tahun, petanya beda lagi. Tarik lagi 500 tahun, petanya beda lagi,” ucapnya.
“Jadi nasihat saya kepada Malaysia, jangan lihat ke belakang,” tegasnya.(net/bbs)



Selat Malaka Juga Ingin Dicaplok

Selain mengklaim Sumatera, Malaysia juga secara spesifik mengklaim wilayah di kawasan Selat Malaka sebagai wilayah Johor, Malaysia. Pekanbaru yang berbatasan dengan selat tersebut memastikan hal tersebut tidak benar.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Linmas Provinsi Riau, Zulkarnain Kadir, menyatakan sampai kapanpun Riau adalah bagian dari NKRI dan tidak pernah masuk dalam jajahan Johor.

“Mungkin Johor sudah tidak betah lagi dengan Malaysia, jadi Riau siap menampung Johor untuk masukakan dalam provinsi Riau,” kata Zulkarnain dalam perbincangan seperti dilansir sebuah situs berita, Kamis (27/1).

Mengenai klaim yang diposting sejarawan Johor Modern, Malaysia Mohn Am, bahwa dalam sejarah dari abad ke 16 atau Johor Berjaya, kekuasaannya mewarisi sebahagian jajahan takluk Malaka. wilayah Johor sampai ke Terengganu di semenanjung, kepulauan Riau-Lingga dan sebahagian pantai timur Sumatera, dia menampiknya.
“Riau ya bagian dari NKRI. Dalam sejarah, Riau merupakan kawasan Sumatera Tengah yang meliputi Sumatera Barat (Sumbar) , Riau, Kepulauan Riau, Jambi. Dan pusat sumatera tengah adalah Sumbar,” imbuhnya. “Jadi yang benar itu menurut saya Johor adalah bagian dari Riau karena letaknya dengan kita sangat dekat,” lanjutnya.
Atas klaim tersebut, pemerintah diminta tidak terprovokasi. “Kita akan pertahankan Riau sampai titik darahn
penghabisan, jika memang Johor meminta itu,” tegasnya.

Klaim Malaysia atas pulau Sumatera dinilai hanyalah klaim yang didasarkan atas dasar politik dan bukan historis seperti yang dibeberkan oleh seorang warga Malaysia di forum internasional yang khusus membahas Malaysia.
“Mereka tidak mengerti, justru kalau kita berbicara sejarah, bukankah kerajaan Johor itu banyak dibangun oleh orang-orang bugis,” kata sejarawan JJ Rizal. Dijelaskan Rizal, ketika kerajaan Hassanudin runtuh diserang oleh Aru Palaka banyak orang-orang Bugis pengikut Hasanudin yang lari ke Johor. “Banyak orang Bugis yang ekspansi ke Johor,” kata Rizal.

Dari latar belakang sejarah, diketahui pada tahun 1666 armada laut Belanda di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman dan pasukan Aru Palaka Bone menyerang Hassanudin.
Namun, Rizal mengatakan harus dibedakan antara zaman pra kolonialisme dan kolonialisme. “Tak bisa seperti itu, kalau begitu bisa saja Malaysia diklaim milik Indonesia, karena ada Sriwijaya yang wilayahnya juga sampai ke Johor,” katanya

“Kalau mau klaim-klaiman, ingat kita punya Sriwijaya yang wilayahnya sangat luas,” kata Rizal.
Rizal kembali menegaskan bahwa ini hanyalah klaim politis saja dan akan terus terjadi bila pemerintah tak memperhatikan sejarah. “Pemerintah tak pernah memahami sejarah, bila tak ada perhatian klaim-klaim konyol dari Malaysia akan terus terjadi,” kata Rizal

Julia Perez Refresing ke Medan

Sejak ditetapkan jadi tersangka atas kasus penganiayaan terhadap rekannya sesama artis, Dewi Persik, Julia Perez alias Jupe memilih
refreshing ke Kota Medan.

Kepada Sumut Pos, Jupe mengaku rasa penat atas masalah hukum yang menderanya menguras tenaga dan pikiran. Dan kebetulan, sang pemilik hati Jupe, Gaston Castano yang merupakan atlet sepak bola saat ini sedang merumput bersama PSMS Medan. Tak ayal, Kota Medan menjadi ’pelarian’ sementara dari masalahnya.

“Bisa dibilang gitu juga sih. Ya hitung-hitung refreshinglah,” kata Jupe yang ditemui di Stadion Kebun Bunga, saat menemani Gaston Castano latihan, Jumat (28/1).

Selanjutnya Jupe menceritakan perihal penganiayaan yang merasa tak dilakukannya itu. Seperti diketahui, perselisihan Jupe dan Dewi Persik sudah mengemuka dan dieksplorasi di hampir seluruh media infotainment di Indonesia. “Benar-benar tak disangka, Dewi bisa berbuat begitu. Awalnya kita sih akting, tapi ketika sutradara sudah bilang cut, eh Dewi malah masih menggigit paha dan hendak mencakar dada saya,” terang Jupe.

“Ya karena saya merasa itu improvisasi, ya saya juga improv dan mengimbangi perlakuannya terhadap saya dong. Ya akhirnya begitu, seperti yang dipertontonkan di video yang sudah diputar di infotainment,” lanjut penembang hits dangdut Belah Duren itu.

Ya, perselisihan itu terjadi pada saat keduanya sedang syuting film layar lebar berjudul Arwah Goyang Karawang. Film itu sendiri dikatakan Jupe sudah siap tayang pada 10 Februari nanti. “Aneh kan, filmnya sudah kelar, kitanya masih ribut,” bebernya lagi.

Pada dasarnya permasalahan tersebut sudah hendak diselesaikan pada jalur damai. Namun entah kenapa Dewi Persik melaporkan kembali hingga status Jupe menjadi tersangka. Namun dengan berbagai bukti dan kesaksian ala Jupe, akhirnya jalur hukum tetap ditempuh.

“Sekarang Dewi yang tampak sudah takut, karena dari berbagai bukti yang kita berikan ke kepolisian menyudutkannya. Penyidik awal kasus ini juga sudah kami laporkan ke propam karena dianggap tidak profesional,” terang bintang film Hantu Jamu Gendong itu. “Makanya, lebih baik lanjut terus deh sampai tuntas,” pungkasnya.

Jupe sendiri dikabarkan akan tetap di Kota Medan hingga PSMS memainkan laga kandangnya Senin (31/1) di Stadion Teladan melawan Persipasi Bekasi. Dengan begitu, Jupe dipastikan akan mendukung langsung kekasihnya, Gaston Castano bermain untuk PSMS

Jumat, 28 Januari 2011

Penduduk miskin di Medan meningkat

MEDAN – Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, Kota Medan masih dihadapkan pada satu masalah penting yakni, persoalan kemiskinan.

Berdasarkan data yang dilansir Bappeda Kota Medan dari Badan Pusat Statistik (BPS), terhitung per 1 Januari 2011, jumlah warga miskin di Kota Medan bertambah menjadi 9,92% dari 6,40% pada 2010.

Namun, Pemko Medan masih mempertanyakan akurasi persentase itu. Karena, BPS tidak menyertakan total jumlah penduduk yang menjadi dasar perbandingan, sehingga dikhawatirkan akan berbeda dengan data yang ada pada Pemko Medan.

Kepala Seksi Kesejahteraan Rakyat Bappeda Kota Medan, Regen Harahap, mengatakan berdasarkan data Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM), jumlah penduduk di Kota Medan pada 2010 sebanyak 2,5 juta jiwa dan awal 2011 ini angkanya mencapai 2,7 juta jiwa. Sementara jumlah penduduk miskin pada 2010 mencapai 496.283 jiwa atau 41.537 KK.

“Peningkatan jumlah penduduk miskin berdasarkan data BPS yang kami dapat masih data sementara. Kemungkinan mereka (BPS, red) masih memakai data penduduk 2,1 jiwa, sedangkan BPM di 2010 jumlah penduduk Kota Medan 2,5 juta jiwa dan Dinas Kependudukan Kota Medan 2011 sudah menyatakan jumlahnya mencapai 2,7 juta jiwa,” kata Regen Harahap, tadi malam.

Penyebabnya, kata Regen, belum bisa dipastikan. Namun, jika penambahan persentase penduduk miskin ini benar, akan muncul tanda tanya besar mengenai program pengentasan kemiskinan selama ini.

“Kami terkejut juga mendengar penduduk miskin di Medan bertambah 3% lebih. Kemana program sosial itu? Siapa yang dapat? Tidak mungkin 500.000 jiwa lebih pendatang di Kota Medan miskin semua,” tambahnya.

Regen mengakui, banyak penyebab kemiskinan seperti bencana banjir, kebakaran, ataupun kehilangan pekerjaan. Selain itu, anak yang baru lahir dari orangtua yang miskin juga bisa ikut miskin. “Tapi, peningkatan ini bila betul terjadi, berarti program pengentasan kemiskinan belum menyentuh masyarakat,” tegasnya.

Dari data BPM, sebut Regen, kemiskinan paling banyak didapat di Kelurahan Belawan mencapai 1.123 KK dari 28.766 KK. Di Kelurahan Belawan I mencapai 1.598 KK dari 25.974 KK. Begitu juga di Labuhan Deli 1.267 KK yang masuk dalam kategori miskin dari 15.440 KK.

Regen menerangkan, beberapa program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan antara lain Program Keluarga Harapan (PKH), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Medan Sehat (JPKMS), PNPM, bantuan dana bergulir dan BOS.

Sejak dilaksanakan, kata Regen, anggaran yang sudah dikucurkan mencapai ratusan miliar. Bahkan dalam beberapa program tersebut, juga ada tambahan dana yang diambil dari APBD Kota Medan sebagai dana pendamping seperti PNPM, JPKMS dan PKH.

“Seperti PKH Rp450 juta, PNPM Rp30 miliar dan JPKMS untuk mengcover Jamkesmas Rp25 miliar per tahun. Program ini sudah berapa tahun berjalan. Belum lagi raskin,” jelasnya.

Regen enggan mengatakan kejadian ini akibat ketidakmampuan Walikota Medan menekan angka kemiskinan. Menurutnya, semua program ini baru terlihat berhasil lima sampai sepuluh tahun kedepan. “Kepala daerah tidak bisa disalahkan, karena hasil programnya belum kelihatan,” kata Regen.

Melihat kondisi itu Ketua Komisi B DPRD Kota Medan, Irwanto Tampubolon, mengaku sangat terkejut. Dia mengatakan, mereka akan mempertanyakan kondisi ini lebih jelas lagi. Jika peningkatan ini memang terbukti, kondisi ini menunjukkan program pemerintah tidak berjalan sesuai harapan.

“Mau dibawa kemana program itu semua, ini sudah tidak betul. Kami cek dulu. Jika terbukti akan kami pertanyakan. Sebab, data itu akan mempengaruhi data program pengentasan kemiskinan selama ini,” tegasnya.

APBD Samosir Disahkan

Sabtu, 29 Januari 2011
SAMOSIR-METRO; Setelah melalui pembahasan yang alot antara Legislatif dan Eksekutif selama empat hari, akhirnya APBD Tahun Anggaran 2011 Kabupaten Samosir disahkan, dengan PAD sebesar Rp394,227 miliar, Kamis (27/1) di kantor DPRD setempat. Penetapan APBD diketuk oleh Ketua DPRD Samosir Tongam Sitinjak ST untuk disetujui sebagai Perda.

Bupati Samosir Ir Mangindar Simbolon dalam Nota Pengantarnya mengatakan, jumlah R-APBD Samosir TA 2011 berkisar Rp421,565 miliar, atau mengalami kenaikan sebesar 2,56 persen dari tahun 2010.
Sebelum pengesahan dilakukan, Badan Musyawarah DPRD meminta persetujuan dari Legislatif dan Eksekutif agar dalam pengelolaan keuangan daerah sepakat tunduk dan taat pada Undang-undang.
Pada kesempatan itu, Ketua DPRD mengimbau agar hasil rapat secepatnya diteruskan ke provinsi untuk dievaluasi. Tujuannya, agar segera diperuntukkan kepada masyarakat lewat program dan kegiatan yang sudah sepakati bersama.
Sebelumnya, rapat paripurna yang berlangsung selama empat hari dimulai sejak Sabtu (22/1) hingga Kamis (27/1) berlangsung aman dan terkendali. Dalam rapat tidak ada ditemukan kejanggalan dan nota pengantar bupati bisa diterima anggota Dewan.
Pada agenda pemandangan umum fraksi dan tanggapan perorangan, para anggota Dewan menyampaikan hasil evaluasi, memberi saran, dan kritikan, serta masukan kepada pihak Eksekutif, guna merangkum kepentingan masyarakat dengan memerhatikan skala prioritas, dan meminta penjelasan dari Bupati tentang pengalokasian dan manfaat terhadap segala item kegiatan dari masing-masing SKPD. Yang anggaranya tergabung dalam pengantar nota keuangan yang dikemas dalam R-APBD Tahun 2011.
Sebelum mendapat persetujuan dari Dewan untuk disetujui sebagai perda sebagaimana yang diatur dalam undang-undang. Pada hari ketiga pembahasan rapat paripurna, Bupati menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan anggota Dewan dalam tanggapan fraksi yang dibacakan pada rapat sebelumnya.
Dalam nota jawaban Bupati dijelaskan, keseluruhan pertanyaan yang disampaikan Dewan, merupakan suatu saran, kritikan dan masukan yang sangat diapresiasikan, guna memperbaiki kekurangan pihak eksekutif sebagai pengelola anggaran. Dengan tujuanm Eksekutif lebih meningkatkan etos kerja dan bertanggung jawab dalam setiap kebijakan guna peruntukan yang dinamis dan tepat sasaran di tahun-tahun mendatang.
Turut hadir dalam rapat paripurna, unsur Muspida Samosir, Bupati Ir Mangindar Simbolon, Sekdakab Drs Tigor Simbolon, Unsur Pimpinan SKPD dan para Camat se-Kabupaten Samosir serta sejumlah tokoh masyarakat, OKP, LSM dan insan pers. (nsi)

Kamis, 27 Januari 2011

Danau Toba festival c'tee criticized over promotion

MEDAN - The committee of 2010 Danau Toba festival is knocked deal with ugly preparation to stage the annual event. Promotion issue is one of several failures causing the Danau Toba festival unpopularity this year.

According to a national television broadcaster Metro TV Chief in Editor Helman Saragih, the committee yet creative to offer different or at least new programs at the cultural and tourism agenda. "The features remain stagnant. I don't see any change, if we just look tor-tor dance," Helman said, as quoted by Waspada Online over cellular phone.

"Honestly, I'm quite surprise to learn that Danau Toba festival still exist, since the annual grand cultural party looks vacuum for so long of time," said he, adding that government must have lack of interest to intensify the promotion.

Due to the weakness, Helman doubts festival will be able to attract large number of visitors to Lake Toba.

"Lake Toba still lag behind Bali as a popular tourism site. Poor attitude expressed by Parapat community seems the reason why Lake Toba visited by less tourists. Moreover, panoramic view in Bali is supported with clean environment," Helman remarked his criticism, as one of Batak youth who cares about Lake Toba and the festival.

He suggests that government should not stage the festival if it is not well prepared. "The festival very likely spend huge amount of state budget. Meanwhile, the result cannot meet its target," he said Thursday

Danau Toba festival increases Medan's revenue: Vice Mayor

MEDAN, N SUMATERA - Despite 2010 Danau Toba festival centered at Parapat, North Sumatera, however the famous tourism gala indirectly offers advantageous revenue to Medan, the city deputy Mayor Dzulmi Eldin said.

Dzulmi explains, Medan city position as the main gate or capital to entrance North Sumatera province, has significantly earned profit due to large number of visitors interested to see Danau Toba festival.

"It's a positive signal to Medan administration. Therefore, the city administration ought to be actively to support Danau Toba festival," he told Waspada Online at his office here on Friday (Oct.22).

2010 Danau Toba festival facing criticisms linked with lack of promotion efforts that make the popular event attracts few number of visitors. On other side, many support the festival at the largest lake in country, very likely enhance tourism attract to North Sumatera and Indonesia.

Besides, some expect to join in the future festival due to its main theme to conserve Lake Toba against natural destruction attempts.

Miss Tourism Indonesia admires Danau Toba Festival

PARAPAT, N SUMATERA - Miss Tourism Indonesia Alessandra Khadijah Usman remarked Thursday (Oct.21) her admiration as lively joining mass people in Parapat, North Sumatera to open the 2010 Danau Toba Festival.

She admitted to know much about Lake Toba from books and internet, but has not yet visited the largest lake in Indonesia.

"This is my first visit to Lake Toba. And now, I could see how lovely the lake is," Alessandra told Waspada Online here.

Despite its degrading famous tourism attraction, she is certain that Lake Toba is still potential to be Indonesian's tourism site among domestic tourists, and also the foreign travelers.

"How? Of course, a great Danau Toba Festival has the answer," she said.

Rumah Bolon, rumah adat tak tergantikan

PARAPAT - Rumah Bolon adalah rumah tradisi adat batak. Rumah bolon ini disebut juga rumah besar. Dahulu, rumah Bolon terlihat seperti bangunan istana dan sekelilingnya terdapat kuburan keluarga kerajaan Purba. Rumah Bolon dahulu ditinggali oleh keluarga Raja Purba beserta keturunannya pada abad XV.

Ada 13 kerajaan yang bergantian menempati rumah Bolon, yaitu Tuan Ranjinman, Tuan Nagaraja, Tuan Batiran, Tuan Bakkaraja, Tuan Baringin, Tuan Bonabatu, Tuan Rajaulan, Tuan Atian, Tuan Hormabulan, Tuan Raondop, Tuan Rahalim, Tuan Karel Tanjung, dan Tuan Mogang.

Perancang rumah Bolon ini ialah arsitektur kuno Simalungun. Pembangunan pertama rumah Bolon ini menggunakan bahan kayu, bambu, ijuk, dan tali. Sebagian besar rumah bolon ini terbuat dari kayu baik dari tiang kerangka rumah dan pintu namun terkecuali bagian atapnya. Namun rumah Bolon ini tidak menggunakan paku, tetapi diikat kuat dengan tali. Tinggi rumah Bolon sekitar dua meter dibantu dengan anak tangga yang jumlahnya ganjil untuk memasuki rumah ini.

Pada bagian depan rumah Bolon, tepatnya di atas pintu terdapat gorga (lukisan yang biasanya berwarna merah, hitam, dan putih) dan biasanya terdapat lukisan hewan seperti cicak, ular ataupun kerbau.

Dua hewan yang menjadi dekorasi rumah Bolon memiliki makna yang dalam. Pada gorga yang dilukis gambar hewan cicak bermakna orang batak mampu bertahan hidup dimanapun, walaupun dia merantau ke tempat yang jauh sekalipun, karena orang batak memiliki rasa persaudaraan yang sangat kuat dan tidak terputus antara sesama sukunya.

Sedangkan gambar kerbau bermakna sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kerbau telah membantu manusia dalam pekerjaan ladang masyarakat.

Pintu pun dibuat sangat kecil, kurang dari satu meter dan jumlahnya ada dua buah. Hal ini memiliki makna, yaitu sibaba ni aporit (menghormati yang memiliki rumah), karena orang yang ingin masuk k edalam rumah ini, harus menunduk.

Keindahan rumah Bolon masih terus berlanjut. Atap yang menjadi pelindung rumah memiliki ciri khas yang unik. Dua ujung lancip di depan dan di belakang. Namun ujung pada bagian belakang lebih panjang, agar keturunan dari yang memiliki rumah lebih sukses nantinya. Pada bagian bawah rumah, merupakan tempat yang digunakan oleh si pemilik rumah untuk memelihara hewan ternaknya. Dahulu, yang sering dipelihara adalah kerbau.

Budaya rumah Bolon ini sampai sekarang tidak ditinggalkan oleh masyarakatnya. Terlihat hingga sekarang, bangunan-bangunan baru yang berdiri masih menggunakan konsep rumah Bolon.

”Rumah bolon ini tidak boleh dijual,” tegas Simarmata, pemilik rumah Bolon.

Ngatimin (59), yang mendalami budaya Batak mengatakan, masyarakat yang tinggal di Parapat dan sekitarnya masih menggunakan dan menjaga keaslian rumah Bolon.

BATAK, Logat keras, bukan berarti kasar

PARAPAT - Kalau kita mendengar kata 'Danau Toba' maka kita akan ingat kota Parapat. Parapat memang identik dengan keindahan alam Danau Toba.

Dimulai dari panoramanya yang hanya dapat dinikmati di Parapat hingga makanan khas yang membuat lidah kita bergetar. Salah satunya adalah sambal tuktuk. Sambal tuktuk memang bisa kita dapatkan di kota lain tapi rasanya yang khas tidak akan kita dapatkan di Parapat.

Salah satu keunikan Parapat yang sekaligus menjadi ciri khasnya adalah logat masyarakat yang keras. Layaknya orang marah atau bertengkar, seperti itulah masyarakat Parapat berbicara. Bagi mereka yang pertama kali ke Parapat akan shock mendengar logat seperti ini. Kuat, tegas dan lugas, seperti itulah gambaran yang akan kita dapatkan apabila berbicara dengan mereka.

Tapi, dibalik logatnya keras, masyarakat Parapat bukanlah masyarakat yang kasar. Masyarakat Parapat amat menghormati tamu yang datang ke daerahnya. “Logat keras masyarakat sini sudah menjadi ciri khas yang penting kita tidak berlaku kasar terhadap wisatawan,” ujar P.Sirait, seorang tokoh masyarakat Parapat kepada Waspada Online, sore ini.

Logat memang salah satu faktor pendukung meningkatkan wisatawan, tetapi sikap dan cara memperlakukan wisatawan juga paling utama. “Awalnya memang terkejut mendengar cara berbicara orang sini, namun setelah kenal, mereka baik dan ramah kok,” terang Nency seorang wisatawan dari Jakarta.

Keramahan itu, lanjut Nency diperlihatkan dengan senyum dan kesediaan membantu. “Mereka sangat ringan tangan, jika kita bertanya, langsung diarahkan,” katanya.

Tor-tor Sipitu Cawan

PARAPAT - Sanggar seni budaya Lupido Entertainment dari Kecamatan Ajibata memikat perhatian penonton Pesta Danau Toba 2010 lewat Tortor Sipitu Cawan dalam pentas seni di Pesta Danau Toba 2010.

Vera Kristina Bangun, salah seorang dari tujuh penari Tor-tor Sipitu Cawan, menjelaskan makna dibalik tarian mereka. Tor-tor Sipitu Cawan adalah tarian seribu bidadari. ”Mangkuk yang ada dikepala kami tadi itu berisi air jeruk purut yang maknanya membersihkan diri,” ujarnya kepada Waspada Online, tadi sore.

“Daun Makpikpis yang disebarkan itu tujuannya untuk mengusir roh-roh jahat,” tambahnya lagi.

Penari Tor-tor Sipitu tersebut mengaku mempersiapkan latihan selama sebulan. Mereka mengatakan bahwa dalam menari Tor-tor Sipitu Cawan ini butuh konsenterasi dan pikiran yang bersih.

”Penampilan mereka cukup bagus, tariannya menarik perhatian,” ujar Eka, pengunjung yang berasal dari kota Medan.

Sigale-Gale, boneka gerak penuh mistis

PARAPAT – Sigale-Gale merupakan salah satu kebudayaan Batak Toba yang dibanggakan. Boneka gerak ini menyimpan suatu cerita mistis yang mengagumkan. Dahulu, ada seorang raja, yang memiliki anak bernama Manggale. Dalam sebuah peperangan, Manggale tewas. Sang raja pun menjadi sangat sedih, hingga akhirnya jatuh sakit.

Penasihat kerajaan lalu mencari tabib di seluruh negeri. Seorang tabib mengatakan bahwa raja sakit rindu. Dan untuk mengobatinya sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan untuk dibuat suatu upacara di kerajaan itu dan memahat sebuah kayu menyerupai wajah Manggale.

Dalam upacara itu, sang tabib memanggil roh Manggale dan rohnya dimasukkan ke dalam kayu yang dipahat menyerupai wajahnya, kemudian boneka Manggale itu manortor (menari-red) dengan iringan khas musik Batak Toba, yaitu Sordam dan Gondang Sabangunan.

“Patung yang sudah dirasuki Manggale itu menari selama tujuh hari tujuh malam, tetapi pada hari ke delapan patung itu berhenti menari,” tutur J. Sidabutar, pemandu pertunjukkan Sigale-Gale di daerah Tomok, Pulau Samosir, Sumatera Utara. Dan boneka Manggale yang berhenti manortor itu disebut dengan Sigale-Gale.

Sampai saat ini, Sigale-Gale masih ada di Pulau Samosir, Sumatera Utara dan masih sering dimainkan dengan menggunakan playback musik. Sigale-Gale ini, menjadi salah satu ikon kebudayaan Sumatera Utara yang masih menarik perhatian pengunjung baik dari lokal maupun internasional.

Di Pulau Samosir, Sigale-Gale ini masih dapat dinikmati pertunjukkannya dengan tarif seiklasnya. Pengunjung juga bisa berfoto dengan Sigale-Gale ini dengan ulos yang disediakan oleh pemilik Sigale-Gale dengan menggunakan kamera pribadi pengunjung.

Tenun Gorga, motif khas Tano Batak

Tenun Gorga sudah amat melekat pada kebudayaan Batak. Dahulu, motif unik berwarna hitam, merah dan putih ini hanya untuk mereka yang amat dihormati di masyarakat. Pembuatannya juga harus melalui ritual khusus, karena kemagisan motifnya.

Motif Gorga biasanya menghiasi rumah orang-orang terpandang tersebut. Namun dengan berjalannya waktu, Gorga tidak hanya menjadi hiasan rumah, namun beralih ke bentuk kain. Banyak kreasi yang diciptakan oleh seni Gorga ini, dan salah satunya adalah ikat kepala.

Zaman dahulu, tenun Gorga hanya menghiasi kepala dan pinggang seorang bangsawan. Ini sesuai dengan fungsinya yang menunjukkan derajat seseorang di masyarakat.

Seiring zaman, tenun Gorga kini tidak lagi menjadi penanda kebangsawanan seseorang. Tenun Gorga pun menjadi hiasan atau penanda suatu kelompok.

Sebuah kelompok fotografer di Medan, menggunakan lilitan kain Gorga di ransel mereka sebagai penanda kelompok mereka. Bahkan identitas ini melekat dalam masyarakat. Mereka yang melilitkan Gorga pada ranselnya adalah jurnalis.

Seperti yang diungkapkan Teti, seorang pengunjung Pesta Danau Toba kepada Waspada Online, sore ini. “Saya tahunya, pengguna kain Gorga itu adalah seorang jurnalis atau fotografer,” katanya.

Hal ini dikarenakan, memang kebanyakan para jurnalis kini membentuk ciri khas melalui ikat kepala tenun Gorga. Padahal jurnalis menggunakan ikat kepala tenun Gorga ini hanya sebagai hiasan saja. Tetapi, mereka berhasil membentuk pemikiran sebagian orang bahwa pengguna ikat kepala adalah seorang jurnalis.

Ikat kain tenun Gorga ini, banyak dijumpai di tempat penjualan aksesoris di Pulau Samosir. Terutama di daerah Tomok.

Saat ini, akibat banyaknya minat orang untuk menggunakan ikat kepala tenun ini sebagai hiasan, maka penjualannya pun meningkat. “Penjualan kain gorga ini meningkat memang dibanding dulu-dulu,” papar Nora Hasiolan, pedangang aksesoris di Tomok, Pulau Samosir kepada Waspada Online, sore ini.

Di tempat penjualan aksesoris ini juga, terdapat banyak pilihan motif dari ikat kepala tenun Gorga. Peminat dari ikat kepala tenun Gorga ini pun semakin banyak. Pengunjung membeli ikat tenun Gorga ini untuk digunakan sendiri, sebagai cindera mata, ikat kepala, dan sebagai hiasan.

Danau Toba, ‘bidadari’ yang tertidur

MEDAN - Keindahan alam Danau Toba sudah tidak lagi diragukan. Danau yang dikabarkan oleh para ilmuwan sebagai sebuah kawah besar Gunung Toba ini menyimpan potensi alam luar biasa.

Airnya menghidupi ribuan masyarakat di sekitarnya, menjadi pemasok utama pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Asahan I, II dan bahkan kelak Asahan III.

“Aliran Danau Toba mengaliri bendungan Sigura-gura yang menjadi pusat PLTA Asahan II, dan Asahan I,” terang Effendi Sirait, Ketua Otorita Asahan kepada Waspada Online.

Danau terluas dan tertinggi di dunia itu, menjadi muara 142 sungai dari Pulau Sumatera dan 63 sungai dari Pulau Samosir. Satu-satunya saluran air keluar adalah melalui Sei Asahan.

Potensi danau yang terbentuk dari letusan Gunung Purbakala Toba, memang amat besar. Danau Toba merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar dan bahkan menjadi sumber inspirasi bagi para komponis dalam menggubah lagu tentang keindahannya.

“Banyak orang menggantungkan hidup dari potensinya, sehingga danau ini dapat dikatakan telah menjadi ‘bank’ orang Batak,” ujar Kabag Humas Pemerintah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Naibaho.

Hal yang sama diungkapkan oleh Anggota DPD RI dari Sumatera Utara, Parlindungan Purba. “Potensinya amat besar, namun butuh pembinaan intens,” terang Anggota DPD RI dari Sumut, Parlindungan Purba.

Berdasarkan pengamatan tim liputan Waspada Online, kawasan sekitar Danau Toba memang masih banyak yang perlu diperbaiki. “Wisata air, bisa menjadi andalan kabupaten dan kota yang ada di sekitar Danau Toba,” terang Effendi Sirait.
Untuk itu, lanjutnya, setiap kabupaten dan kota harus mampu bersinergy untuk mengembangkan potensi daerahnya. “Keunikan akan membuat sebuah objek wisata menjadi terkenal dan dikenang,” terang Parlindungan.

Pulau Samosir misalnya, menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai wisata alam, agro wisata dan wisata seni budaya. Ia mengungkapkan, alam yang indah dan kekayaan budaya yang dimiliki kabupaten Samosir, cukup menjanjikan untuk menawarkan berbagai daya tarik wisata yang layak dikembangkan menjadi obyek wisata. Karena, sebagian besar kabupaten ini dikelilingi perairan Danau Toba.

“Banyak benda budaya dan situs sejarah serta atraksi seni yang unik, turun temurun tersimpan di daerah ini,” katanya.

“Daya tarik wisata bersifat tangible (berwujud) seperti, museum dan situs serta panorama alam, dengan mudah dapat dijumpai. Juga, yang sifatnya intangible (tidak berwujud) seperti sejarah dan budaya masyarakat tradisional serta event budaya yang menjadi peristiwa pariwisata,” lanjutnya.

Hal paling menarik, lanjutnya lagi, legenda terjadinya Danau Toba. Juga, keberadaan Pusuk Buhit, sebagai tempat asal leluhur Si Raja Batak. Selain itu, peristiwa geografis/geologis terjadinya danau yang menjadi salah satu keajaiban dunia ini.

Perbaikan infrastruktur harus segera dilakukan Infrastruktur, menjadi hal penting bagi pengembangan sebuah daerah wisata. Berdasarkan pengamatan Waspada Online, jalan dari Medan menuju Parapat memang cukup memadai. Namun waktu tempuh yang cukup lama membuat wisatawan enggan memilih Danau Toba menjadi tujuan wisata.
“Jika pemerintah provinisi mau membangun fasilitas yang mempercepat jarak ke Danau Toba, pengembangan wisata Danau Toba akan lebih besar kemungkinan berkembangnya, “ terang Parlindungan.

Infrastuktur di daerah-daerah lain di sekitar Danau Toba juga harus mendapat perhatian. Pengamatan Waspada Online di lapangan, sedikitnya ada lima jembatan rusak di Pangaruran, belum lagi angkutan kota yang amat sangat jarang melintasi jalan menuju objek wisata. Padahal pantai Pangaruran amatlah indah. Pasir putih dan ombak danau ini begitu memanggil kami untuk berlama-lama menikmati keindahan alam.

Jalan menuju Danau Toba dari Kabupaten Karo juga perlu diperbaiki segera. Jalan mulus hanya bisa dinikmati mulai dari Medan hingga Kabanjahe . Setelahnya, tikungan tajam dan jalan berlubang sudah menjadi makanan pengguna jalan.

Hal ini memang diakui oleh Parlindungan Purba. “Jalan di Tiga Panah sudah diperbaiki, namun masih belum maksimal. Karenanya butuh kerja sama semua pihak untuk membuat jalan dari Kabanjahe ke Parapat menjadi layak dilintasi,” terangnya.

Perlintasan dari Medan-Berastagi- Kabanjahe – Parapat adalah jalan objek wisata yang menarik. Dengan infrastruktur yang baik, daerah wisata ini akan lebih berkembang.

Butuh penyatuan visi
Melihat potensi besar yang dimiliki Danau Toba, yang dibutuhkan sekarang adalah penyamaan visi dan keinginan bekerja sama antar semua kabupaten dan kota yang ada di sekitar Danau Toba.

Seharusnya, Kabupaten Samosir, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Simalungun, Karo, Dairi dan Pak-pak Bharat merumuskan rencana pembangunan terpadu dan komprehensif.

“Inilah menjadi titik lemah. Pemda memiliki rencana pembangunan masing-masing. Sulit mewujudkan perencanaan terpadu karena masing-masing mempertahankan ego daerahnya,” ujar Parlindungan.

Jika semua bekerja sama, lanjut Parlindungan, bukan tidak mungkin Danau Toba menjadi objek wisata utama Pulau Sumatera.

Mengintip potensi luar biasa Danau Toba

MEDAN - Keindahan alam Danau Toba sudah tidak lagi diragukan. Danau yang dikabarkan oleh para ilmuwan sebagai sebuah kawah besar Gunung Toba ini menyimpan potensi alam luar biasa. Airnya menghidupi ribuan masyarakat di sekitarnya, menjadi pemasok utama pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Asahan I, II dan bahkan kelak III.

“Aliran Danau Toba mengaliri bendungan Sigura-gura yang menjadi pusat PLTA Asahan II, dan Asahan I,” terang Effendi Sirait, Ketua Otorita Asahan kepada Waspada Online.

Danau terluas dan tertinggi di dunia itu, menjadi muara 142 sungai dari Pulau Sumatera dan 63 sungai dari Pulau Samosir. Satu-satunya saluran air keluar adalah melalui Sei Asahan.

Tahun 1908, tim pakar dari Uni Soviet telah melakukan penelitian awal terkait potensi Sei Asahan. Dari penelitian lanjutan di tahun 1952, ditemukan lima titik air terjun dengan potensi pembangkit listrik sebesar 1.202 megawatt (MW). Ketinggian muka air Sei Asahan tercatat sekitar 905 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan debit 75 m3 per detik hingga 153 m3 per detik. Debit ini, sangat berpotensi untuk menghasilkan tenaga listrik.

Dari hasil penelitian itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lalu menetapkan sejumlah manfaat dan tujuan pembangunan pembangkit listrik Sie Asahan. Seperti untuk produksi bauksit dari Pulau Bintang dengan kapasitas 200 ribu ton per tahun, mengembangkan industri rakyat di Sumut, memenuhi kebutuhan listrik untuk rakyat, serta memperluas areal persawahan dengan sistem pengairan teknis yang teratur, dengan instalasi pompa bertenaga listrik.

Lalu, 7 Juli 1975, Jepang melalui PT Indonesia Asahan Almunium (Inalum), membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sigura-gura dan Tangga, yang dikenal sebagai PLTA Asahan II. Hampir semua produksi listrik ini, digunakan PT Inalum untuk melebur aluminium yang bukan dari Pulau Bintan. Setelah 30 tahun lewat MoU, pada tahun 2013 nanti, PT Inalum sudah harus menyerahkan asetnya pada pemerintah Indonesia.
Menurut Jaya Arjuna, analis lingkungan, pasokan listrik dari PLTA Asahan II sebesar 617,2 MW sangat besar artinya bagi kesehjateraan rakyat Sumut. Ini, belum termasuk tambahan pasokan listrik dari agenda pemerintah untuk membangun PLTA Asahan I dan III, sebesar 334 MW. Jika ditotal, daya listrik dari PLTA Asahan itu sudah di atas produksi listrik PLN yang menggunakan gas dan BBM, dengan kapasitas 935 MW.

Selain itu, Sumatera Utara juga masih memiliki sumber energi lain yang bebas pencemaran, sebesar 340 MW dari tenaga panas bumi Sibayak dan Sarulla, serta 135 MW dari PLTA lainnya.

Jika dikelola dengan baik, maka di tahun 2013 nanti sudah tersedia 1.426,2 MW yang bebas pencemaran dengan biaya produksi rendah. Sementara seluruh produksi gas 36 MMSCFD yang selama ini 65 persen digunakan untuk PLTG di Belawan, sudah bisa seluruhnya dialokasikan untuk kegiatan industri. Begitu juga dengan PLTD dengan kapasitas 13 MW, sudah bisa dioperkan ke daerah lain.

Termasuk, pembangkit listrik berbahan bakar batubara, yang akan dibangun di Labuhan Angin, Kuala Tanjung, Paluh Merbau dan Sicanang, sebesar 1.260 MW. “Ini akan menjamin lancarnya mesin produksi di Sumut dan semua genset yang selama ini dioperasikan pengusaha, juga akan difusokan. Tidak ada lagi pemadaman bergilir dan byar pet—yang memicu rusaknya berbagai peralatan listrik,” papar Jaya Arjuna.

Yang pasti, keberlanjutan bangkitan listrik Sei Asahan, sangat bergantung pada pengelolaan Danau Toba dan seluruh ekosistemnya. Apalagi, Danau Toba sendiri, pernah mengalami masa panceklik air, hingga ketinggiannya di bawah 903 meter. Tapi sebaliknya, dialihkannya air Lau Renun sebesar 10 m3 per detik ke Danau Toba dan fenomena La Nina yang terjadi beberapa waktu lalu, justru menjadikan muka air Danau Toba di atas 905 meter lebih.

Potensi danau yang terbentuk dari letusan Gunung Purbakala Toba, memang amat besar. Danau Toba merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar dan bahkan menjadi sumber inspirasi bagi para komponis dalam menggubah lagu tentang keindahannya.

“Banyak orang menggantungkan hidup dari potensinya, sehingga danau ini dapat dikatakan telah menjadi ‘bank’ orang Batak,” ujar Kabag Humas Pemerintah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Naibaho.

Potensi ekonomi amat besar
Bukan hanya Samosir yang bisa dikembangkan, kabupaten dan kota lainnya di sekitar Danau Toba juga menyimpan potensi. “Setiap kabupaten dan kota di sekitar Danau Toba harus memiliki ciri khas tersendiri, sehingga wisatawan merasa rugi jika tidak mengunjunginya,” terang Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung.

Hal ini, lanjutnya butuh kerjasama dan keinginan untuk bersama-sama maju. “Perekonomian masyarakat sekitar Danau Toba akan bangkit karena memiliki ciri khas. Misalnya satu daerah dipusatkan sebagai wisata agro buah khas Sumut, satu daerah lagi menawarkan wisata alam, wisata peternakan ikan dan sebagainya,” terangnya. Daerah sekitar Danau Toba menurutnya mampu mengembangkan itu semua.

Masyarakat sekitar Danau Toba, lanjutnya akan lebih diuntungkan jika menjadikan daerahnya menjadi tempat wisata terpadu. “Artinya, setiap wisatawan yang berkunjung ke wilayah Danau Toba akan mendapatkan semua hal mengenai kebudayaan dan keindahan Sumatera Utara,” ujarnya.

Sebagai daerah yang menggantungkan diri pada pariwisata, pemerintah daerah, terangnya juga harus menyiapkan masyarakatnya untuk menjadi pelayan. “Tamu yang datang adalah raja, karenanya meskipun kita raja, kita harus mampu menjadi pelayan bagi tamu kita,” terangnya

Pantai Seruwei objek wisata andalan Langkat

Pantai Seruwei Pangkalan Susu yang cukup indah dengan pasir putihnya kini menjadi salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Kepala Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Langkat, Purnama Dewi Tarigan di Stabat, mengatakan pihaknya memberikan penyadaran kepada masyarakat pesisir yang berada di pantai Seruwei untuk melestarikan lingkungan hutan bakau.

“Para tokoh masyarakat, pemuda, maupun pemuka agama, kita ajak untuk ikut serta mengembangkan potensi pantai Seruwei, yang potensinya sangat indah dan menarik.

Apalagi pantai tersebut berada di Pulau Kampai dan Pulau Sembilan, sehingga diyakini akan dapat mendatangkan wisatawan lebih banyak lagi.

Bila hari libur, kata Dewi Purnama Tarigan, banyak wisatawan lokal datang ke pantai tersebut, termasuk dari Aceh Tamiang dan Kuala Simpang.

Jadi perlu penataan yang lebih baik lagi, agar wisatawan betah. Diharapkan juga wisatawan mancanegara akan tertarik pula untuk berkunjung ke wisata pantai yang berbatasan dengan perairan Aceh.
Sementara itu Camat Pangkalan Susu, Sukhyar Muliamin, sangat mendukung pengembangan wisata pantai Seruwei yang dilakukan pihak Kantor Parawisata Seni dan Budaya Langkat.

“Pantai ini punya potensi besar, untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara, karena keindahan alamnya, maupun juga potensi hasil lautnya,” katanya.

Untuk itu masyarakat sangat diharapkan peranannya mendukung pengembangan pantai tersebut, karena dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Tari Naposo Bulung pecahkan rekor MURI

MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara didukung Pemerintah Kota (Pemko) Medan kembali menorehkan prestasi luar biasa di bidang kebudayaan. Untuk kedua kalinya, Sumatera Utara kembali memecahkan Rekor Museum Indonesia (MURI) di Sumut Gempar 2010 dengan menghadirkan peserta Tari Naposo Bulung, yang asal tarian dari Tapsel terbanyak, dengan jumlah 1.143 orang, Minggu (5/12) di Jalan Pulau Pinang, Medan.

Penganugerahan Rekor MURI tersebut diserahkan oleh Djusuf Ngadiro dari MURI ke Wakil Gubernur Sumatera Utara Gatot Pudjo Nugroho didampingi Walikota Medan
Drs H Rahudman Harahap, Wakil Walikota Medan Dzulmi Eldin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Naruddin Dalimunthe, Ketua Panitia Sudarno dan

Direktur Utama Trans Kreasindo Production, Didit Mahadi Kadar.

Menurut Gatot, keberhasilan memecahkan rekor MURI tersebut dikarenakan Pemerintah Provinsi dan Kota Medan sudah saling sinergi dan bekerjasama. “Dan hari
ini diharapkan menjadi momentum untuk terus membangun semangat kebersamaan. Jangan ada lagi ego sektoral jika kita ingin Sumut lebih maju,” tegasnya.

Di kesempatan itu, Gatot mengaku bangga atas pelaksanaan event Sumut Gempar 2010 yang merupakan event pembuktian kekayaan potensi kebudayaan Sumut. Seperti
serangkaian acara karnaval yang menampilkan tari multi etnis Sumut, busana khas etnis Sumut, festival drum band, karnaval becak motor dengan penumpang
mengenakan busana adat, penampilan atraksi budaya tari Nias, Melayu, India dan lainnya.

“Event ini tetap diprioritaskan dengan mengedepankan kerjasama dengan pihak kabupaten/kota agar lebih menarik perhatian para wisatawan nantinya,” katanya.

MURI: Prestasi Sumut luar biasa

MEDAN - Pemerintah Provinsi Sumatera Utara didukung Pemerintah Kota (Pemko) Medan kembali menorehkan prestasi. Untuk kedua kalinya, Sumatera Utara kembali memecahkan Rekor Museum Indonesia (MURI) di Sumut Gempar 2010 dengan menghadirkan peserta Tari Naposo Bulung, yang asal tarian dari
Tapsel terbanyak, dengan jumlah 1.143 orang, Minggu (5/12) di Jalan Pulau Pinang, Medan.

Djusuf Ngadiro dari MURI mengakui Sumut memiliki prestasi luar biasa dengan beragamnya budaya, etnis maupun kesenian. Ini terbukti dengan pemecahan rekor
MURI yang menampilkan 1.143 penari Tari Naposo Bulung sekaligus mengenakan berbagai ragam baju adat yang ada Sumut.

“Ini tidak hanya baru pertama kali di Indonesia, namun di dunia. Belum ada ribuan penari dengan mengenakan baju adat berbeda, namun menarikan tarian yang
serupa. luar biasa,” ujar Ngadiro.

Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata Sumut, Naruddin Dalimunthe menambahkan prestasi kebudayaan dengan pemecahan rekor MURI untuk tari Naposo Bulung itu
menjadi pembuktian untuk peningkatan sekaligus pengembangan budaya di Sumut.

Mengingat Tari Naposo Bulung merupakan salah satu tarian daerah budaya Sumut yang saat ini terus dipertahankan dan diperlihatkan di berbagai event nasional
maupun internasional.

“Kita bersyukur apa yang menjadi tujuan dari event ini dapat tercapai dan sukses. Pelaksanaan karnaval budaya, berbagai festival dan lomba berlangsung meriah
serta disambut luar biasa dari seluruh stakeholders dan masyarakat Sumut,” jelasnya.

Didit Mahadi Kadar menjelaskan persiapan pemecahan rekor MURI Tari Naposo Bulung sudah jauh hari dipersiapkan bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan c/q
Dinas Pendidikan Kota Medan, dengan menghadirkan ribuan siswa dari berbagai sekolah negeri.

“Sumut Gempar benar-benar mampu menjadi momen yang luar biasa bagi kebangkitan industri pariwisata Sumut. Kami selaku pelaksana yang dipercayakan mengucapkan
terima kasih kepada seluruh stakeholder yang mendukung hingga kegiatan ini berjalan lancar dan sukses,” tandas Direktur Trans Kreasindo tersebut

Garuda siapkan paket Jakarta-Samosir

MEDAN – Melihat potensi wisata Samosir yang begitu besar, PT. Garuda Indonesia membuka paket Jakarta-Medan- Samosir bagi pelancong domestik dan mancanegara.

Paket seharga Rp4 juta ini, menurut General Manager Branch Office Medan, Muchwendi Harahap terdiri dari penerbangan Jakarta-Medan (PP), bus ke Parapat dari bandara Polonia (PP), penyeberangan ke Samosir dan menginap 2 malam di sana, serta makan.

“Ini adalah sumbangan Garuda untuk pengembangan pariwisata di Sumatera Utara,” katanya kepada Waspada Online, sore ini.

Untuk permulaan, Garuda Indonesia akan melaksanakan paket ini tiga kali setahun, Februari, Mei, dan Oktober. “Jika peminatnya banyak, bukan tidak mungkin paket akan kami tambah,” terangnya.

Sasaran utama Garuda, menurut Wendi adalah para pehobi sepeda yang menginginkan perubahan suasana bersepeda. “Samosir memberikan tantangan bagi biker, karena ada olahraga dan wisatanya,”tambahnya

Menanti All-Star Lagi dari Sumut

Persaingan Raksasa Putri di Awal Honda DBL 2011 Seri Sumatera Utara
Medan menjadi kota keempat yang menjadi tuan rumah Honda Development Basketball League (DBL) 2011. Kemarin (25/1), kompetisi basket pelajar terbesar seri Sumatera Utara dibuka di GOR Angsapura.

Sebagai provinsi dengan sejarah basket kuat, tim juara bukan satu-satunya yang ditunggu dari perhelatan 2011 ini. Pihak penyelenggara dari PT Deteksi Basket Lintas (DBL) Indonesia dan Sumut Pos (grup Jawa Pos) juga menanti, siapa pemain-pemain Sumut yang akan kembali lolos masuk tim All-Star, berangkat bertanding ke luar negeri.

“Tahun lalu, meski baru kali pertama menjadi tuan rumah, Sumut sudah mengirimkan lima pemainnya bertanding bersama DBL di luar negeri. Tiga masuk All-Star dan pergi ke Amerika Serikat, dua lagi ikut tim DBL Indonesia Selection dan meraih gelar juara di turnamen pelajar di Malaysia,” kata Lucia Cicilia, manager sponsorship and business development PT DBL Indonesia, saat pembukaan di Medan, kemarin.

Kiprah student athlete Sumut memang layak diacungi jempol. Tahun lalu, tiga anak memang masuk DBL Indonesia All-Star 2010, belajar dan bertanding di Seattle, Amerika Serikat. Yaitu Fredy (SMA Methodist 2 Medan), Youngky Leonardo (SMA Methodist Binjai), dan Stephanie Yolanda (SMA Sutomo 1 Medan).

Dua lagi, Angeline dan Vivian Kosasih (dua-duanya dari SMA Methodist 2 Medan), menjadi bagian dari tim DBL Indonesia Selection 2010, yang pada akhir tahun lalu menjadi jawara di Malaysia International High School Tournament.

Dari lima nama itu, Yolanda dan Angeline masih berlaga di Honda DBL 2011. Jadi, mereka masih punya peluang lolos lagi ke DBL World Camp Juli mendatang. Plus lolos lagi ke Amerika atau tim luar negeri lain dari DBL Indonesia.
Ironisnya, Yolanda dan Angeline kemarin langsung bertemu di partai terpanas hari pembukaan. Persis seperti tahun lalu, hasil drawing memaksa tim putri Sutomo 1 dan Methodist 2 langsung bertemu di laga perdana.

Tahun lalu, Methodist 2 yang menang, lalu mulus menuju juara. Tahun ini, pertandingan kembali seru, kedua tim saling mengejar skor. Tapi pada akhirnya, hasilnya berbalik. Kemarin, Sutomo 1 sukses membalas kekalahan, 30-25.
“Rasanya lega sekali bisa menang dari tim yang tahun lalu mengalahkan kami. Ini hasil jerih payah kami selama setahun menyiapkan diri menghadapi DBL,” ungkap Yolanda. “Kekalahan kami tahun lalu membuat kami semakin terpacu untuk menang. Semoga kami bisa jadi juara tahun ini,” tambahnya.

Di sisi lain, Methodist 2 mengaku sedih langsung gugur di laga pertama. “Kami tahu, lawan kami langsung berat. Sedih, tapi memang Sutomo lebih hebat,” aku Angeline.

Meski kalah, pelatih SMA Methodist 2, Freddy Gore, mengaku bangga pada anak-anaknya. “Mereka sudah memberikan sesuatu yang luar biasa untuk sekolah,” ucapnya.

Freddy berharap, meski langsung kalah, tetap ada anak didiknya yang kembali lolos ke DBL World Camp di Surabaya, lalu lolos terus sampai ke luar negeri. Bukan hanya Angeline, tapi juga pemain lain. “Permainan mereka sudah di luar ekspektasi saya,” tegasnya.

Apakah itu akan terjadi? Tentu saja harus menunggu sampai Honda DBL 2011 seri Sumut berakhir, 31 Januari mendatang. Total, 31 tim ikut serta di kompetisi tahun ini (20 putra, 11 putri). Tapi kalau melihat sejarah basket di Sumut dan persaingan sengit sejauh ini, bukan tidak mungkin Sumut akan terus mengirimkan wakilnya sampai ke Amerika!

4.500 Dokter ‘Menumpuk’ di Kota, Enggan Praktek ke Daerah

Kamis, 27 Januari 2011
MEDAN-PM-Meski dokter spesialis di Sumut jumlahnya mencapai 4500, namun mereka enggan praktek ke daerah. Keterbatasan sarana dan prasana di rumah sakit daerah, jadi satu alasan keengganan tenaga medis tersebut.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut, dr Henry Salim mengatakan, pihaknya tak dapat mengintervensi kebijakan penetapan dokter. Sebab, sistem pembiayaan pendidikan masing-masing dokter dibiayai secara pribadi.

‘’Dokter spesialis sangat dibutuhkan di daerah, tapi mereka lebih senang praktek di kota,’’ungkap Henry pada wartawan, Rabu (26/1).

Dia mengharapkan, dengan adanya program pemerintah memberi tugas belajar (tubel) melalui Pemda Tingkat II, dokter spesialis dapat mengisi kekurangan tenaga medis di daerah tersebut.

“Semoga dengan program tubel nantinya, tiga hingga empat tahun ke depan, akan terpenuhi dokter spesialis seperti Obgin, Anak, Bedah dan Penyakit Dalam di tingkat daerah,’’sebutnya.

Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, lanjut Hendri, merupakan kabupaten kota yang memiliki banyak dokter spesialis. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis, rumah sakit daerah yang tidak memiliki atau kekurangan dokter spesialis dapat bekerjasama dengan fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).

“Melaui bentuk kerjasama nantinya, pihak USU nantinya akan memberangkatkan dokter spesialis di bawah fakultas kedokteran untuk memenuhi kekurangan,”ujarnya.

Pada kesempatan itu, Ketua IDI Medan, Syah Mirza Warli SpU , menyebutkan, jika dokter tidak bisa bekerja sendiri tanpa adanya sarana dan prasarana medis.

“Keempat besar dokter spesialis yang disebutkan tadi seperti Obgin, Anak, Bedah, dan penyakit dalam ini, harus memiliki sarana penunjang medis. Misalnya Patologiklinik, Radiologi dan Anastesi. Alat itu untuk mempermudah kerja dokter spesilais,” katanya memaparkan, ada 8 kabupaten kota yang bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran USU. Beberapa diantaranya, Panyabungan, Humbang Hasundutan dan Dolok Sanggul.

DANAU SIOMBAK

Tujuan Wisata Baru: Danau Siombak dan Situs Kota China
PEMKO Medan sedang menyiapkan Situs Kota China dan Danau Siombak di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan menjadi satu kawasan tujuan wisata Kota Medan.

Ketua Komisi C DPRD Kota Medan, Aripay Tambunan saat berkunjung ke kawasan itu kemarin mengatakan, di lokasi itu akan dibangun museum Kota China yang akan disatukan dengan Danau Siombak. Dijelaskannya, sebelum proyek ini dibangun, sudah diawali dengan pemetaan mengenai daerah mana yang akan digali.

“Penggalian candi yang tertanam dalam bumi Marelan ini tidak lama lagi akan mulai dikerjakan,” kata Aripay.

Pembangunan lokasi wisata ini akan menelan biaya Rp 2 miliar, di luar biaya pelepasan hak tanah warga seluas 2 ha, lokasi pembangunan museum situs Kota China dan lahan Danau Siombak seluas 30 ha. Di lokasi itu juga akan dibangun sejumlah sarana wisata pendukung seperti wisata kuliner dan tempat hiburan anak-anak.

Rabu, 26 Januari 2011

Danau Toba

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.


Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.


Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.

Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu. Bukti-bukti yang ditemukan, memperkuat dugaan, bahwa kekuatan letusan dan gelombang lautnya sempat memusnahkan kehidupan di Atlantis.

Bukit Lawang

Bukit Lawang is a small tourist village at the bank of Bahorok River in North Sumatra province of Indonesia. Situated approximately 86 km north-west of Medan, Bukit Lawang is known for the largest animal sanctuary of Sumatran orangutan (around 5,000 orangutans occupy the area), and also the main access point to the Gunung Leuser National Park from the east side.

Bukit Lawang rehabilitation center for orangutans was founded in 1973. The main purpose is to preserve the decreasing number of orangutan population due to hunting, trading and deforestation.

A flash flood hit Bukit Lawang on 2 November 2003. The disaster, which was the result of illegal logging,destroyed the local tourist resorts and had a devastating impact to the local tourism industry in the area. Around 400 houses, 3 mosques, 8 bridges, 280 kiosks and food stalls, 35 hotels and guest houses were destroyed by the flood, including 239 people (5 of them were tourists) were killed and around 1,400 locals lost their homes. Thanks to several international cooperation agencies, the site was rebuilt and re-opened again in July 2004.

Pantai Cermin, Serdang Bedagai


Pantai Cermin adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Indonesia.Pantai Cermin juga merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Sergai dengan pemandangan dan pantainya yang indah. Pantai Cermin juga memiliki sebuah Theme Park yang cocok buat bermain anak.

Nama Kota Parapat dan Batu gantung

Media Online Bersama Toba dot Com – Alkisah, di sada huta terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni.
Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba. Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.

Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.
Photobucket
“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni.

Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu. Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong.

Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.

“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.

Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.

“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.

Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat.

“Parapat[2]… ! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..

Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan.

Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.

“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.

“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.

“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.

“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.

“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.

“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah.

Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”

“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.

“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.

“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.

“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.

Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.

“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.

“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.

Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.

“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”

“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.

Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutastampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.

“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.

“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.

“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.

“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.

“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.

Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.

Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batucadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.

Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”

Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”. Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Sejarah Kota Medan


Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

A. Sejarah awal
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di sana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama "Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.

Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.

Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca Al-Qur'an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke Aceh.

Keterangan yang menguatkan bahwa adanya Kampung Medan ini adalah keterangan H. Muhammad Said yang mengutip melalui buku Deli: In Woord en Beeld ditulis oleh N. ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak di seberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.

B. Penaklukan Aceh
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan Iskandar Muda yang berkuasa di Kesultanan Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan Sigara-gara.

Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal bergelar "Sri Indra Baiduzzaman Surbakti". Setelah terjadi perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.

Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.

C. Masa Belanda

Belanda yang menjajah Nusantara kurang lebih tiga setengah abad namun untuk menguasai Tanah Deli mereka sangat banyak mengalami tantangan yang tidak sedikit. Mereka mengalami perang di Jawa dengan Pangeran Diponegoro sekitar tahun 1825-1830. Belanda sangat banyak mengalami kerugian sedangkan untuk menguasai Sumatera, Belanda juga berperang melawan Aceh, Minangkabau, dan Sisingamangaraja XII di daerah Tapanuli.

Jadi untuk menguasai Tanah Deli Belanda hanya kurang lebih 78 tahun mulai dari tahun 1864 sampai 1942. Setelah perang Jawa berakhir barulah Gubernur Jenderal Belanda Johannes van den Bosch mengerahkan pasukannya ke Sumatera dan dia memperkirakan untuk menguasai Sumatera secara keseluruhan diperlukan waktu 25 tahun. Penaklukan Belanda atas Sumatera ini terhenti di tengah jalan karena Menteri Jajahan Belanda waktu itu Jean Chrétien Baud menyuruh mundur pasukan Belanda di Sumatera walaupun mereka telah mengalahkan Minangkabau yang dikenal dengan nama Perang Paderi (1821-1837).

Sultan Ismail yang berkuasa di Riau secara tiba-tiba diserang oleh gerombolan Inggeris dengan pimpinannya bernama Adam Wilson. Berhubung pada waktu itu kekuatannya terbatas maka Sultan Ismail meminta perlindungan pada Belanda. Sejak saat itu terbukalah kesempatan bagi Belanda untuk menguasai Kesultanan Siak Sri Indrapura yang rajanya adalah Sultan Ismail. Pada tanggal 1 Februari 1858 Belanda mendesak Sultan Ismail untuk menandatangani perjanjian agar daerah taklukan kerajaan Siak Sri Indrapura termasuk Deli, Langkat dan Serdang di Sumatera Timur masuk kekuasaan Belanda. Karena daerah Deli telah masuk kekuasaan Belanda otomatislah Kampung Medan menjadi jajahan Belanda, tapi kehadiran Belanda belum secara fisik menguasai Tanah Deli.

Pada tahun 1858 juga Elisa Netscher diangkat menjadi Residen Wilayah Riau dan sejak itu pula dia mengangkat dirinya menjadi pembela Sultan Ismail yang berkuasa di kerajaan Siak. Tujuan Netscher itu adalah dengan duduknya dia sebagai pembela Sultan Ismail secara politis tentunya akan mudah bagi Netscher menguasai daerah taklukan Kesultanan Siak yakni Deli yang di dalamnya termasuk Kampung Medan Putri.

D. Perkebunan Tembakau
Medan tidak mengalami perkembangan pesat hingga tahun 1860-an, ketika penguasa-penguasa Belanda mulai membebaskan tanah untuk perkebunan tembakau. Jacob Nienhuys, Van der Falk, dan Elliot, pedagang tembakau asal Belanda memelopori pembukaan kebun tembakau di Tanah Deli. Nienhuys yang sebelumnya berbisnis tembakau di Jawa, pindah ke Deli diajak seorang Arab Surabaya bernama Said Abdullah Bilsagih, Saudara Ipar Sultan Deli, Mahmud Perkasa Alam Deli. Nienhuys pertama kali berkebun tembakau di tanah milik Sultan Deli seluas 4.000 Bahu di Tanjung Spassi, dekat Labuhan. Maret 1864, Nienhuys mengirim contoh tembakau hasil kebunnya ke Rotterdam, Belanda untuk diuji kualitasnya. Ternyata, daun tembakau itu dianggap berkualitas tinggi untuk bahan cerutu. Melambunglah nama Deli di Eropa sebagai penghasil bungkus cerutu terbaik.

Seperti yang dituliskan oleh Tengku Luckman Sinar dalam bukunya, dijelaskan bahwa "kuli-kuli perkebunan itu umumnya orang-orang Tionghoa yang didatangkan dari Jawa, Tiongkok, Singapura, atau Malaysia. “Belanda menganggap orang-orang Karo dan Melayu malas serta melawan sehingga tidak dapat dijadikan kuli”

Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Jacob Nienhuys, Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.

Perjanjian tembakau ditandatangani Belanda dengan Sultan Deli pada tahun 1865. Selang dua tahun, Nienhuys bersama Jannsen, P.W. Clemen, dan Cremer mendirikan perusahaan De Deli Maatschappij yang disingkat Deli Mij di Labuhan. Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor pusat Deli Mij dari Labuhan ke Kampung Medan. Kantor baru itu dibangun di pinggir sungai Deli, tepatnya di kantor PTPN II (eks PTPN IX) sekarang. Dengan perpindahan kantor tersebut, Medan dengan cepat menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan perdagangan, sekaligus menjadi daerah yang paling mendominasi perkembangan di Indonesia bagian barat. Pesatnya perkembangan perekonomian mengubah Deli menjadi pusat perdagangan yang mahsyur dengan julukan het dollar land alias tanah uang. Mereka kemudian membuka perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal pada tahun 1869, serta sungai Beras dan Klumpang pada tahun 1875.


Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan Deli Maatschappij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang (1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai "Kota Medan".

Perkembangan Medan Putri menjadi pusat perdagangan telah mendorongnya menjadi pusat pemerintahan. Tahun 1879, Ibukota Asisten Residen Deli dipindahkan dari Labuhan ke Medan, 1 Maret 1887, ibukota Residen Sumatera Timur dipindahkan pula dari Bengkalis ke Medan, Istana Kesultanan Deli yang semula berada di Kampung Bahari (Labuhan) juga pindah dengan selesainya pembangunan Istana Maimoon pada tanggal 18 Mei 1891, dan dengan demikian Ibukota Deli telah resmi pindah ke Medan.

Pada tahun 1915 Residensi Sumatera Timur ditingkatkan kedudukannya menjadi Gubernemen. Pada tahun 1918 Kota Medan resmi menjadi Gemeente (Kota Praja) dengan Walikota Baron Daniel Mackay. Berdasarkan "Acte van Schenking" (Akte Hibah) Nomor 97 Notaris J.M. de-Hondt Junior, tanggal 30 Nopember 1918, Sultan Deli menyerahkan tanah kota Medan kepada Gemeente Medan, sehingga resmi menjadi wilayah di bawah kekuasaan langsung Hindia Belanda. Pada masa awal Kotapraja ini, Medan masih terdiri dari 4 kampung, yaitu Kampung Kesawan, Kampung Sungai Rengas, Kampung Petisah Hulu dan Kampung Petisah Hilir.

Pada tahun 1918 penduduk Medan tercatat sebanyak 43.826 jiwa yang terdiri dari Eropa 409 orang, Indonesia 35.009 orang, Cina 8.269 orang dan Timur Asing lainnya 139 orang.

Sejak itu Kota Medan berkembang semakin pesat. Berbagai fasilitas dibangun. Beberapa di antaranya adalah Kantor Stasiun Percobaan AVROS di Kampung Baru (1919), sekarang RISPA, hubungan Kereta Api Pangkalan Brandan - Besitang (1919), Konsulat Amerika (1919), Sekolah Guru Indonesia di Jl. H.M. Yamin sekarang (1923), Mingguan Soematra (1924), Perkumpulan Renang Medan (1924), Pusat Pasar, R.S. Elizabeth, Klinik Sakit Mata dan Lapangan Olah Raga Kebun Bunga (1929).

Secara historis perkembangan Kota Medan, sejak awal telah memposisikan menjadi pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. sedang dijadikannya medan sebagai ibukota deli juga telah menjadikannya Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintah. sampai saat ini di samping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara.

E. Masa Penjajahan Jepang

Tahun 1942 penjajahan Belanda berakhir di Sumatera yang ketika itu Jepang mendarat dibeberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan khusus di Sumatera Jepang mendarat di Sumatera Timur.

Tentara Jepang yang mendarat di Sumatera adalah tentara XXV yang berpangkalan di Shonanto yang lebih dikenal dengan nama Singapura, tepatnya mereka mendarat tanggal 11 malam 12 Maret 1942. Pasukan ini terdiri dari Divisi Garda Kemaharajaan ke-2 ditambah dengan Divisi ke-18 dipimpin langsung oleh Letjend. Nishimura. Ada empat tempat pendaratan mereka ini yakni Sabang, Ulele, Kuala Bugak (dekat Peureulak, Aceh Timur sekarang) dan Tanjung Tiram (kawasan Batubara sekarang).

Pasukan tentara Jepang yang mendarat di kawasan Tanjung Tiram inilah yang masuk ke Kota Medan, mereka menaiki sepeda yang mereka beli dari rakyat di sekitarnya secara barter. Mereka bersemboyan bahwa mereka membantu orang Asia karena mereka adalah saudara Tua orang-orang Asia sehingga mereka dieluelukan menyambut kedatangannya.

Ketika peralihan kekuasaan Belanda kepada Jepang Kota Medan kacau balau, orang pribumi mempergunakan kesempatan ini membalas dendam terhadap orang Belanda. Keadaan ini segera ditertibkan oleh tentara Jepang dengan mengerahkan pasukannya yang bernama Kempetai (Polisi Militer Jepang). Dengan masuknya Jepang di Kota Medan keadaan segera berubah terutama pemerintahan sipilnya yang zaman Belanda disebut gemeentebestuur oleh Jepang dirobah menjadi Medan Sico (Pemerintahan Kotapraja). Yang menjabat pemerintahan sipil di tingkat Kotapraja Kota Medan ketika itu hingga berakhirnya kekuasaan Jepang bernama Hoyasakhi. Untuk tingkat keresidenan di Sumatera Timur karena masyarakatnya heterogen disebut Syucokan yang ketika itu dijabat oleh T.Nakashima, pembantu Residen disebut dengan Gunseibu.

Penguasaan Jepang semakin merajalela di Kota Medan mereka membuat masyarakat semakin papa, karena dengan kondisi demikianlah menurut mereka semakin mudah menguasai seluruh Nusantara, semboyan saudara Tua hanyalah semboyan saja. Di sebelah Timur Kota Medan yakni Marindal sekarang dibangun Kengrohositai sejenis pertanian kolektif. Di kawasan Titi Kuning Medan Johor sekarang tidak jauh dari lapangan terbang Polonia sekarang mereka membangun landasan pesawat tempur Jepang.

F. Masa Kemerdekaan
Dimana-mana di seluruh Indonesia menjelang tahun 1945 bergema persiapan Proklamasi demikian juga di Kota Medan tidak ketinggalan para tokoh pemudanya melakukan berbagai macam persiapan. Mereka mendengar bahwa bom atom telah jatuh melanda Kota Hiroshima, berarti kekuatan Jepang sudah lumpuh. Sedangkan tentara sekutu berhasrat kembali untuk menduduki Indonesia.

Khususnya di kawasan kota Medan dan sekitarnya, ketika penguasa Jepang menyadari kekalahannya segera menghentikan segala kegiatannya, terutama yang berhubungan dengan pembinaan dan pengerahan pemuda. Apa yang selama ini mereka lakukan untuk merekrut massa pemuda seperti Heiho, Romusha, Gyu Gun dan Talapeta mereka bubarkan atau kembali kepada masyarakat. Secara resmi kegiatan ini dibubarkan pada tanggal 20 Agustus 1945 karena pada hari itu pula penguasa Jepang di Sumatera Timur yang disebut Tetsuzo Nakashima mengumumkan kekalahan Jepang. Ia juga menyampaikan bahwa tugas pasukan mereka dibekas pendudukan untuk menjaga status quo sebelum diserah terimakan pada pasukan sekutu. Sebagian besar anggota pasukan bekas Heiho, Romusha, Talapeta dan latihan Gyu Gun merasa bingung karena kehidupan mereka terhimpit dimana mereka hanya diberikan uang saku yang terbatas, sehingga mereka kelihatan berlalu lalang dengan seragam coklat di tengah kota.

Beberapa tokoh pemuda melihat hal demikian mengambil inisiatif untuk menanggulanginya. Terutama bekas perwira Gyu Gun di antaranya Letnan Achmad Tahir mendirikan suatu kepanitiaan untuk menanggulangi para bekas Heiho, Romusha yang famili/saudaranya tidak ada di kota Medan. Panitia ini dinamai dengan “Panitia Penolong Pengangguran Eks Gyu Gun“ yang berkantor di Jl. Istana No.17 (Gedung Pemuda sekarang).

Tanggal 17 Agustus 1945 gema kemerdekaan telah sampai ke kota Medan walupun dengan agak tersendat-sendat karena keadaan komunikasi pada waktu itu sangat sederhana sekali. Kantor Berita Jepang “Domei" sudah ada perwakilannya di Medan namun mereka tidak mau menyiarkan berita kemerdekaan tersebut, akibatnya masyarakat tambah bingung.

Sekelompok kecil tentara sekutu tepatnya tanggal 1 September 1945 yang dipimpin Letnan I Pelaut Brondgeest tiba di kota Medan dan berkantor di Hotel De Boer (sekarang Hotel Dharma Deli). Tugasnya adalah mempersiapkan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pada ketika itu pula tentara Belanda yang dipimpin oleh Westerling didampingi perwira penghubung sekutu bernama Mayor Yacobs dan Letnan Brondgeest berhasil membentuk kepolisian Belanda untuk kawasan Sumatera Timur yang anggotanya diambil dari eks KNIL dan Polisi Jepang yang pro Belanda.

Akhirnya dengan perjalanan yang berliku-liku para pemuda mengadakan berbagai aksi agar bagaimanapun kemerdekaan harus ditegakkan di Indonesia demikian juga di kota Medan yang menjadi bagiannya. Mereka itu adalah Achmad Tahir, Amir Bachrum Nasution, Edisaputra, Rustam Efendy, Gazali Ibrahim, Roos Lila, A.malik Munir, Bahrum Djamil, Marzuki Lubis dan Muhammad Kasim Jusni.

G. 1990-an dan 2000-an
Pada tahun 1998, dari 4 hingga 7 Mei, Medan dilanda kerusuhan besar yang menjadi titik awal kerusuhan-kerusuhan besar yang kemudian terjadi di sepanjang Indonesia, termasuk Peristiwa Mei 1998 di Jakarta seminggu kemudian. Dalam kerusuhan yang terkait dengan gerakan "Reformasi" ini, terjadi pembakaran, perusakan, maupun penjarahan yang tidak dapat dihentikan aparat keamanan.

Saat ini kota Medan telah kembali berseri. Pembangunan sarana dan prasarana umum gencar dilakukan. Meski jumlah jalan-jalan yang rusak, berlobang masih ada, namun jika dibandingkan dahulu, sudah sangat menurun.[rujukan?] Kendala klasik yang dihadapi kota modern seperti Medan adalah kemacetan akibat jumlah kenderaan yang meningkat pesat dalam hitungan bulan, tidak mampu diimbangi dengan peningkatan sarana jalan yang memadai.

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More