Kamis, 27 Januari 2011

BATAK, Logat keras, bukan berarti kasar

PARAPAT - Kalau kita mendengar kata 'Danau Toba' maka kita akan ingat kota Parapat. Parapat memang identik dengan keindahan alam Danau Toba.

Dimulai dari panoramanya yang hanya dapat dinikmati di Parapat hingga makanan khas yang membuat lidah kita bergetar. Salah satunya adalah sambal tuktuk. Sambal tuktuk memang bisa kita dapatkan di kota lain tapi rasanya yang khas tidak akan kita dapatkan di Parapat.

Salah satu keunikan Parapat yang sekaligus menjadi ciri khasnya adalah logat masyarakat yang keras. Layaknya orang marah atau bertengkar, seperti itulah masyarakat Parapat berbicara. Bagi mereka yang pertama kali ke Parapat akan shock mendengar logat seperti ini. Kuat, tegas dan lugas, seperti itulah gambaran yang akan kita dapatkan apabila berbicara dengan mereka.

Tapi, dibalik logatnya keras, masyarakat Parapat bukanlah masyarakat yang kasar. Masyarakat Parapat amat menghormati tamu yang datang ke daerahnya. “Logat keras masyarakat sini sudah menjadi ciri khas yang penting kita tidak berlaku kasar terhadap wisatawan,” ujar P.Sirait, seorang tokoh masyarakat Parapat kepada Waspada Online, sore ini.

Logat memang salah satu faktor pendukung meningkatkan wisatawan, tetapi sikap dan cara memperlakukan wisatawan juga paling utama. “Awalnya memang terkejut mendengar cara berbicara orang sini, namun setelah kenal, mereka baik dan ramah kok,” terang Nency seorang wisatawan dari Jakarta.

Keramahan itu, lanjut Nency diperlihatkan dengan senyum dan kesediaan membantu. “Mereka sangat ringan tangan, jika kita bertanya, langsung diarahkan,” katanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More