Kamis, 27 Januari 2011

Mengintip potensi luar biasa Danau Toba

MEDAN - Keindahan alam Danau Toba sudah tidak lagi diragukan. Danau yang dikabarkan oleh para ilmuwan sebagai sebuah kawah besar Gunung Toba ini menyimpan potensi alam luar biasa. Airnya menghidupi ribuan masyarakat di sekitarnya, menjadi pemasok utama pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Asahan I, II dan bahkan kelak III.

“Aliran Danau Toba mengaliri bendungan Sigura-gura yang menjadi pusat PLTA Asahan II, dan Asahan I,” terang Effendi Sirait, Ketua Otorita Asahan kepada Waspada Online.

Danau terluas dan tertinggi di dunia itu, menjadi muara 142 sungai dari Pulau Sumatera dan 63 sungai dari Pulau Samosir. Satu-satunya saluran air keluar adalah melalui Sei Asahan.

Tahun 1908, tim pakar dari Uni Soviet telah melakukan penelitian awal terkait potensi Sei Asahan. Dari penelitian lanjutan di tahun 1952, ditemukan lima titik air terjun dengan potensi pembangkit listrik sebesar 1.202 megawatt (MW). Ketinggian muka air Sei Asahan tercatat sekitar 905 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan debit 75 m3 per detik hingga 153 m3 per detik. Debit ini, sangat berpotensi untuk menghasilkan tenaga listrik.

Dari hasil penelitian itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lalu menetapkan sejumlah manfaat dan tujuan pembangunan pembangkit listrik Sie Asahan. Seperti untuk produksi bauksit dari Pulau Bintang dengan kapasitas 200 ribu ton per tahun, mengembangkan industri rakyat di Sumut, memenuhi kebutuhan listrik untuk rakyat, serta memperluas areal persawahan dengan sistem pengairan teknis yang teratur, dengan instalasi pompa bertenaga listrik.

Lalu, 7 Juli 1975, Jepang melalui PT Indonesia Asahan Almunium (Inalum), membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sigura-gura dan Tangga, yang dikenal sebagai PLTA Asahan II. Hampir semua produksi listrik ini, digunakan PT Inalum untuk melebur aluminium yang bukan dari Pulau Bintan. Setelah 30 tahun lewat MoU, pada tahun 2013 nanti, PT Inalum sudah harus menyerahkan asetnya pada pemerintah Indonesia.
Menurut Jaya Arjuna, analis lingkungan, pasokan listrik dari PLTA Asahan II sebesar 617,2 MW sangat besar artinya bagi kesehjateraan rakyat Sumut. Ini, belum termasuk tambahan pasokan listrik dari agenda pemerintah untuk membangun PLTA Asahan I dan III, sebesar 334 MW. Jika ditotal, daya listrik dari PLTA Asahan itu sudah di atas produksi listrik PLN yang menggunakan gas dan BBM, dengan kapasitas 935 MW.

Selain itu, Sumatera Utara juga masih memiliki sumber energi lain yang bebas pencemaran, sebesar 340 MW dari tenaga panas bumi Sibayak dan Sarulla, serta 135 MW dari PLTA lainnya.

Jika dikelola dengan baik, maka di tahun 2013 nanti sudah tersedia 1.426,2 MW yang bebas pencemaran dengan biaya produksi rendah. Sementara seluruh produksi gas 36 MMSCFD yang selama ini 65 persen digunakan untuk PLTG di Belawan, sudah bisa seluruhnya dialokasikan untuk kegiatan industri. Begitu juga dengan PLTD dengan kapasitas 13 MW, sudah bisa dioperkan ke daerah lain.

Termasuk, pembangkit listrik berbahan bakar batubara, yang akan dibangun di Labuhan Angin, Kuala Tanjung, Paluh Merbau dan Sicanang, sebesar 1.260 MW. “Ini akan menjamin lancarnya mesin produksi di Sumut dan semua genset yang selama ini dioperasikan pengusaha, juga akan difusokan. Tidak ada lagi pemadaman bergilir dan byar pet—yang memicu rusaknya berbagai peralatan listrik,” papar Jaya Arjuna.

Yang pasti, keberlanjutan bangkitan listrik Sei Asahan, sangat bergantung pada pengelolaan Danau Toba dan seluruh ekosistemnya. Apalagi, Danau Toba sendiri, pernah mengalami masa panceklik air, hingga ketinggiannya di bawah 903 meter. Tapi sebaliknya, dialihkannya air Lau Renun sebesar 10 m3 per detik ke Danau Toba dan fenomena La Nina yang terjadi beberapa waktu lalu, justru menjadikan muka air Danau Toba di atas 905 meter lebih.

Potensi danau yang terbentuk dari letusan Gunung Purbakala Toba, memang amat besar. Danau Toba merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar dan bahkan menjadi sumber inspirasi bagi para komponis dalam menggubah lagu tentang keindahannya.

“Banyak orang menggantungkan hidup dari potensinya, sehingga danau ini dapat dikatakan telah menjadi ‘bank’ orang Batak,” ujar Kabag Humas Pemerintah Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Naibaho.

Potensi ekonomi amat besar
Bukan hanya Samosir yang bisa dikembangkan, kabupaten dan kota lainnya di sekitar Danau Toba juga menyimpan potensi. “Setiap kabupaten dan kota di sekitar Danau Toba harus memiliki ciri khas tersendiri, sehingga wisatawan merasa rugi jika tidak mengunjunginya,” terang Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung.

Hal ini, lanjutnya butuh kerjasama dan keinginan untuk bersama-sama maju. “Perekonomian masyarakat sekitar Danau Toba akan bangkit karena memiliki ciri khas. Misalnya satu daerah dipusatkan sebagai wisata agro buah khas Sumut, satu daerah lagi menawarkan wisata alam, wisata peternakan ikan dan sebagainya,” terangnya. Daerah sekitar Danau Toba menurutnya mampu mengembangkan itu semua.

Masyarakat sekitar Danau Toba, lanjutnya akan lebih diuntungkan jika menjadikan daerahnya menjadi tempat wisata terpadu. “Artinya, setiap wisatawan yang berkunjung ke wilayah Danau Toba akan mendapatkan semua hal mengenai kebudayaan dan keindahan Sumatera Utara,” ujarnya.

Sebagai daerah yang menggantungkan diri pada pariwisata, pemerintah daerah, terangnya juga harus menyiapkan masyarakatnya untuk menjadi pelayan. “Tamu yang datang adalah raja, karenanya meskipun kita raja, kita harus mampu menjadi pelayan bagi tamu kita,” terangnya

0 komentar:

Posting Komentar

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More