PARAPAT - Rumah Bolon adalah rumah tradisi adat batak. Rumah bolon ini disebut juga rumah besar. Dahulu, rumah Bolon terlihat seperti bangunan istana dan sekelilingnya terdapat kuburan keluarga kerajaan Purba. Rumah Bolon dahulu ditinggali oleh keluarga Raja Purba beserta keturunannya pada abad XV.
Ada 13 kerajaan yang bergantian menempati rumah Bolon, yaitu Tuan Ranjinman, Tuan Nagaraja, Tuan Batiran, Tuan Bakkaraja, Tuan Baringin, Tuan Bonabatu, Tuan Rajaulan, Tuan Atian, Tuan Hormabulan, Tuan Raondop, Tuan Rahalim, Tuan Karel Tanjung, dan Tuan Mogang.
Perancang rumah Bolon ini ialah arsitektur kuno Simalungun. Pembangunan pertama rumah Bolon ini menggunakan bahan kayu, bambu, ijuk, dan tali. Sebagian besar rumah bolon ini terbuat dari kayu baik dari tiang kerangka rumah dan pintu namun terkecuali bagian atapnya. Namun rumah Bolon ini tidak menggunakan paku, tetapi diikat kuat dengan tali. Tinggi rumah Bolon sekitar dua meter dibantu dengan anak tangga yang jumlahnya ganjil untuk memasuki rumah ini.
Pada bagian depan rumah Bolon, tepatnya di atas pintu terdapat gorga (lukisan yang biasanya berwarna merah, hitam, dan putih) dan biasanya terdapat lukisan hewan seperti cicak, ular ataupun kerbau.
Dua hewan yang menjadi dekorasi rumah Bolon memiliki makna yang dalam. Pada gorga yang dilukis gambar hewan cicak bermakna orang batak mampu bertahan hidup dimanapun, walaupun dia merantau ke tempat yang jauh sekalipun, karena orang batak memiliki rasa persaudaraan yang sangat kuat dan tidak terputus antara sesama sukunya.
Sedangkan gambar kerbau bermakna sebagai ucapan terima kasih atas bantuan kerbau telah membantu manusia dalam pekerjaan ladang masyarakat.
Pintu pun dibuat sangat kecil, kurang dari satu meter dan jumlahnya ada dua buah. Hal ini memiliki makna, yaitu sibaba ni aporit (menghormati yang memiliki rumah), karena orang yang ingin masuk k edalam rumah ini, harus menunduk.
Keindahan rumah Bolon masih terus berlanjut. Atap yang menjadi pelindung rumah memiliki ciri khas yang unik. Dua ujung lancip di depan dan di belakang. Namun ujung pada bagian belakang lebih panjang, agar keturunan dari yang memiliki rumah lebih sukses nantinya. Pada bagian bawah rumah, merupakan tempat yang digunakan oleh si pemilik rumah untuk memelihara hewan ternaknya. Dahulu, yang sering dipelihara adalah kerbau.
Budaya rumah Bolon ini sampai sekarang tidak ditinggalkan oleh masyarakatnya. Terlihat hingga sekarang, bangunan-bangunan baru yang berdiri masih menggunakan konsep rumah Bolon.
”Rumah bolon ini tidak boleh dijual,” tegas Simarmata, pemilik rumah Bolon.
Ngatimin (59), yang mendalami budaya Batak mengatakan, masyarakat yang tinggal di Parapat dan sekitarnya masih menggunakan dan menjaga keaslian rumah Bolon.
0 komentar:
Posting Komentar